69).

3.5K 294 15
                                    


"Ayah" tuan Lee tersenyum dan mengelus kepala anak sulung nya sayang, dia memasuki kamar inap sang anak, "sedang apa" Haechan menunjukkan ponsel nya, dan ternyata anaknya itu tengah berkabar dengan leader dari grup nya, "kau senang tidak" Haechan meletakkan ponsel nya di meja kecil tempat ia duduk lalu memberi space supaya ayahnya dapat duduk di samping nya "senang dalam hal apa" tuan Lee nampak menelisik raut anak itu "dalam hal apapun yang kau rasakan"

"Kalau untuk saat ini, iya, aku bahagia!! Karena kita semua berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, mengenai perasaan yang lain, aku tidak tau" suara Haechan semakin mengecil, "apa ayah bisa menjadi teman mu juga, sama seperti ibumu" Haechan menoleh cepat ke arah ayahnya, "apa sekarang ayah sedang cemburu" ayahnya tergelak "soal kau dan ibu yang lebih dekat" Haechan diam menunggu ayahnya melanjutkan ucapannya "jujur, iya" Haechan semakin terdiam "ayah merasa menjadi orang tua yang gagal untuk mu" Haechan sontak menggeleng "kata siapa". Tuan Lee belai pipi lembut milik pemuda yang menjadi anak pertama nya itu, "ayah yang merasa, Hyeok"

"Ayah, ayah itu panutan Hyeok yang paling baik, Hyeok tidak pernah merasa ayah gagal, justru ayah adalah orang yang paling berjasa bagi Hyeok, ayah adalah ayah terbaik versi ayahnya Hyeok" ujar anak itu dengan binar tulus yang terpancar dari wajahnya, "kau begitu baik, anak ayah tumbuh dewasa dengan baik, meskipun ayah dan ibu jarang bersama mu, tapi kami selalu memikirkan Hyeok, ayah minta!! Bahagia terus ya nak" Haechan tidak bisa untuk tidak memeluk ayahnya. "Ayah,,,"

Ayah nya membalas memeluk putra nya dengan erat, senyum dengan setitik air mata yang keluar membuat momen haru itu semakin terasa menyesakan. "Ayah menyayangi mu" elus nya di belakang kepala anak nakal nya.

_____

"Hoooaamm" menguap kecil ketika matanya terbuka, menatap area jendela kamar nya dan meraba sekitar nya, mencari benda pipih yang menjadi teman keseharian nya "jam delapan" gumam kecil pemuda itu, mata bengkak nya masih sulit di buka, tapi harus di paksa karena hari ini dia akan melanjutkan perjalanan nya bersama keluarga nya "mandi dulu saja deh" dengan otomatis tubuh nya beranjak dari kasur nyaman nya, membuka kelambu dan menyipitkan mata karena cahaya matahari yang mulai menyentuh indera penglihatan nya "kayak siang saja, padahal masih pagi" monolog nya lagi, mendengar dering dari ponsel nya yang tergeletak di kasur, Haechan segera menekan tombol hijau untuk mengangkat telfon nya, "Hyung" sapa  si tengil.

"Sudah bangun" Haechan mengangguk, meskipun tidak ada yang melihat nya "Hyung, lagi apa?? Tumben pagi pagi menelfon" yang disana terkekeh, "kangen saja sama mangnae Hyung" Haechan tertawa "benarkah, bolehkah aku merasa terharu sekarang" terdengar pintu yang di tutup, Haechan menoleh. Ternyata adik lelaki nya, "siapa??" Tanya Taeyong dari seberang, "Donghyun" jawab Haechan.

"Sampai kan salam Hyung untuk nya" Haechan menatap adiknya yang duduk di sofa sembari memainkan ponsel remaja itu sendiri, "eung, nanti aku sampaikan"

"Pulang kapan" Haechan melihat pergelangan tangan nya, dia menatap gelang yang terbuat dari emas putih, itu pemberian Jaehyun yang sampai sekarang ia pakai "mungkin dua hari lagi" Taeyong terdengar menghela nafas "hanya dua hari kan, rasanya terlalu lama untuk Hyung" Haechan kembali terkekeh "Hyung sangat rindu ya" yang sayang nya, Taeyong langsung membenarkan ucapan Haechan "eoh, Hyung sangat rindu pada mangnae nakal Hyung"

"Hyung, kata ayah kita pergi nya jam sepuluh" potong adiknya, Haechan langsung menatap tajam sang adik, Donghyun seketika menunduk karena takut "nanti aku telfon lagi ya Taeyong Hyung,"

"Kau sudah mau pergi ya" Haechan menghela nafas nya "aku mau mandi Hyung, bau tau, baru bangun juga" Taeyong tertawa "baiklah, selamat bersenang-senang aegi~" sambungan terputus, Haechan melangkah mendekati adiknya.

"Sopan!! Sejak kapan aku suka saat ada orang lain bicara dengan ku ada yang menyela nya" adiknya menunduk semakin takut, memang Haechan nampak biasa saja, tapi aura sang kakak membuat nya menciut "mianhae"  "Hyung sudah pernah bilang, jangan menyaut kalau ada orang lain yang sedang bicara, apalagi dengan telfon, untung saja Taeyong Hyung, kalau orang kantor dan mereka mendengar suara mu, apa kau suka" adiknya langsung menggeleng heboh "jangan di ulangi" melihat adiknya mengangguk, Haechan lantas beranjak menuju kamar mandi, adiknya membuang nafas lega "Hyeok Hyung, menyeramkan" bisik nya bergidik.

Tidak butuh waktu lama, sekitar dua puluh menit, Haechan keluar dengan handuk bertengger di leher nya, menatap seonggok manusia yang masih asik duduk di sofa kamar hotel nya "kenapa kau mengacau di kamar ku" adik kecil nya mencebik "nunna tidak bisa di ganggu, kayaknya dia lagi datang bulan" Haechan mendudukan dirinya di sisi kasur dengan mengusak surai coklat nya agar segara kering.

"Kalau di dorm, aku yang suka merusuh, apa sekarang aku kena karma" gumam nya pelan, "Hyung ngomong apa" Haechan menggeleng "kau tidak mandi" adiknya menggeleng "nanti saja" setelah nya, Haechan duduk di meja rias di kamar itu, mengeluarkan bag kecil berisi beberapa perawatan untuk wajah nya, "serum Hyung mahal" celetuk Donghyun, Haechan tidak menjawab "aku bangga punya Hyung seperti Hyeok Hyung" ucap nya, Haechan menaikan alisnya sebelah, "ada mau nya pasti"

"Ishh, padahal aku jujur tau" Haechan terkekeh, "terima kasih, aku juga senang punya adik seperti kau" bibir adiknya mencebik, "ngk usah monyong, katakan kenapa" cengiran si bungsu langsung melebar "heheh, boleh ambil kaos Hyung ya" tuh kan, Haechan juga bilang apa, "kau punya banyak, pakai milik mu sendiri"
"Pengen punya Hyung" Haechan menghela nafas, "terserah, ambil saja" adiknya melompat kegirangan, "yess" pekik nya.

"Boys, sudah siap-siap nya" ayahnya masuk dengan senyum tampan pria dewasa itu, "tuh, belum mandi"

"Hyun, mandi sekarang" dengan cepat Donghyun melesat ke arah kamar mandi yang ada di kamar kakaknya, membuat Haechan dan ayah Lee tertawa "heum, anak ayah sudah seger aja"

"Iya dong, harus, kan mau jalan sama ayah dan yang lain" ayah Lee terkekeh lalu mengusap kepala anak nya "jangan lupa vitamin nya di minum sebelum pergi, oke" Haechan mengangguk "siap, kapten" membentuk hormat Haechan tertawa senang, ayahnya juga ikut tertawa, pagi yang indah dan tidak bisa di ganti dengan apapun menurut Haechan, "terima kasih ayah" peluk nya. Ayah Lee membalas pelukan hangat dari anak kecil yang dulu ia pangku, yang dulu ia gendong, yang dulu ia panggul, kini anak itu sudah dewasa dengan cara yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh ayah Lee, dia dulu hanya bermimpi kalau Haechan akan dewasa bersama nya dengan keadaan keluarga yang lebih baik, nyatanya saat dirinya mencoba memperbaiki keadaan keluarga. Anaknya malah berjuang pula untuk masa depan nya sendiri, betapa bangga nya ayah Lee terhadap Haechan, tidak bisa ia ungkapkan seberapa besar ia mengharapkan Haechan selalu bahagia dalam hidupnya. "Apa nih, peluk-peluk ngk ngajak Hyun" anak bungsu nya ikut merengsek ke pelukan hangat sang ayah, dengan tangan besar nya, ayah tiga anak itu menangkup dua tubuh anak lelaki nya "Hyun,,,, basah,,," ketiga nya kompak tergelak setelah melepas pelukan mereka.



















Sweet ngk sih.?😓

Di pegangin Daddy John, sama bp leader

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pegangin Daddy John, sama bp leader.
Kelihatan sayang banget kan sama mangnae kita ini,
Bayi kesayangan kita, ya kan!!🤭 Gemes banget, pgen culik 🤧

Ayi (Baby) Haechan Maknae 👶✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang