PART 4 . Gadis populer

261 20 7
                                    

Sinar matahari mulai bersinar menerangi seluruh lapangan sekolah Sma Academy Internasional School. Suara bisik-bisik terdengar saat salah satu anggota inti Radexs melewati koridor kelas dua belas.

Dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam kantong hoodie hitam yang melekat ditubuhnya, ia berjalan dengan wajah tidak berekspresi. Satu aerphone menempel ditelinga kanannya guna mencari ketenangan dari mendengarkan musik.

Laki-laki itu adalah Elfrey, anggota inti Radexs yang tidak pernah tertawa. Elfrey berjalan kearah lokernya untuk mengambil buku biologi yang ia simpan disana kemarin.

Sekolah menyediakan loker untuk masing-masing murid. Loker itu ditaruh dikoridor sesuai angkatan.

Saat Elfrey berbalik badan, tanpa sengaja ia menabrak seorang siswi perempuan membuat buku yang ia pegang jatuh keatas lantai. Siswi perempuan itu lantas mengambil buku Elfrey yang jatuh lalu memberikannya kepada Elfrey.

"Maaf yaa, enggak sengaja," tutur gadis itu merasa bersalah.

"Hm." Elfrey hanya membalasnya dengan berdehem lalu melangkah menjauh dari gadis itu.

Detak jantung Elfrey tiba-tiba saja mendadak menjadi tidak normal. Itu selalu saja terjadi saat berdekatan dengan gadis yang tadi menabraknya.

Sepertinya gadis itu bukan hanya sudah menabrak tubuhnya saja, tapi juga menabrak hatinya. Ia benci mengakui kalau dia mengagumi gadis populer itu.

Helcia memandang bingung kearah Elfrey yang berjalan menjauh dari dirinya. Tidak ingin mengambil pusing, Helcia pun segera menaruh setelan jas putih laboratoriumnya didalam lokernya. Lalu melangkah pergi keruang kelasnya.

Disisi lain, Rado tengah berjalan menyusuri koridor kelas dua belas berdampingan dengan Lea disampingnya. Mereka bergandengan tangan dengan senyuman yang merekat diwajah keduanya.

Lea menatap sekeliling koridor kelas dua belas yang sangat nyaman karena banyak fasilitas lengkap yang terpajang disana. Didalam hatinya ia merasa sedikit iri, karena dikoridor kelas sepuluh tidak sebagus kelas dua belas.

Tiba-tiba fokus Lea teralihkan saat melihat Orline yang berjalan berlawan arah dengan Rado dan dirinya. Satu ide muncul dibenaknya, ia lalu berlari kecil menghampiri Orline.

Rado menatap heran kearah Lea yang tiba-tiba berlari. Dan parahnya lagi, ia menghampiri Orline.

"Halo, Orline kan?" tanya sok kenal Lea.

Orline menghentikan langkah kakinya, ia menatap Lea dari bawah sampai atas.  Melihat penampilan Lea saja, Orline bisa menyimpulkan bahwa ia adalah adik kelasnya.

"Yang sopan sama kakak kelas," jutek Orline.

Lea memutar bola matanya malas, ia sudah sangat bosan mendengar kalimat itu. Semua menganggap yang harus berperilaku sopan hanyalah yang lebih muda, padahal justru tidak semuanya itu benar.

"Gua ada perlu sama lo, gimana kalau kita kerja sama untuk membully Nazwa dan dua kawannya? Kebetulan kita sama-sama enggak suka sama mereka," ujar Lea tersenyum miring.

Rado membulatkan matanya terkejut, ia masih mampu mendengar ucapan yang dilontarkan Lea karena posisinya tidak jauh dari dirinya. Lalu ia memutuskan untuk menghampiri Lea dan orline.

"Gua tolak," jawab Orline.

"Kenapa? Bukannya lo benci juga sama mereka?"

Orline maju satu langkah menatap Lea yang hanya tinggi sebatas hidungnya. Terlihat dari tatapan mata Orline yang tidak suka akan kehadiran Lea didepannya.

Orline bersedekap dada memandang tajam kearah Lea. Tatapan yang dipancarkan Orline mampu membuat Lea merinding ketakutan, tapi berusaha ia tutupi.

"Dengerin gua baik-baik Lea Urenda." ucap Orline melirik sekilas kearah name tag yang terpampang jelas dibaju seragam yang dipakai Lea.

Radexs Gang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang