PART 26 . Danau

77 8 4
                                    

Sepoian angin menerpa rambut panjang yang dimiliki seorang gadis yang tengah menatap air danau yang begitu menenangkan baginya. Dengan wajah yang murung, ia berteriak kesal mengingat kejadian pagi tadi di sekolahnya.

"Dasar manusia! Selalu aja asal ngomong! Padahal mereka enggak tahu yang sebenarnya, tapi malah sok-sokan ngomong hal yang enggak benar tentang gua," ucap kesal Lea yang mengingat teman-teman sekolahnya yang berbicara buruk tentangnya.

"KENAPA SEMUANYA JADI KACAU BEGINI? KENAPA SEMUA ORANG JADI NYALAHIN GUA?" teriak kesal Lea.

"Masih belum sadar sama kesalahan sendiri ternyata," sahut Orline yang datang bersama Helcia disampingnya.

"Kalian?!" sentak Lea tak suka melihat kehadiran Orline dan juga Helcia.

"Dasar egois! Seharusnya lo tuh bersyukur dapet pacar kayak Rado! Emang ya, pola pikir lo kekanak-kanakan banget, dasar bocil!" kesal Orline.

"Kalau emang kalian kesini cuman buat maki-maki gua mending kalian pergi aja sana! Dasar pengganggu," kesal Lea.

Helcia memutar bola matanya malas melihat pertengkaran diantara keduanya. "Lea, apa yang membuat lo marah sama Rado?"

"Lo masih nanya Hel? Rado itu egois, dia lebih mentingin misi ketimbang gua, padahal gua itu pacarnya."

"Memangnya lo pikir waktunya hanya untuk berpacaran dengan lo? Mikir pake logika, lo siapanya? Hanya sebatas pacarkan, bukan istri? Kedua orang tuanya yang membesarkannya, dia makan juga dari duit orang tua, tapi kedua orang tuanya enggak pernah tuh menuntut waktunya, tapi lo? Kenapa lo nuntut waktu dia? Padahal lo sama sekali enggak berhak Lea!" geram Orline.

"GUA BERHAK! KARENA GUA DUNIANYA RADO!" bentak Lea.

"LO BUKAN DUNIANYA! LO HANYA PENGGANGGU DIHIDUPNYA LEA URENDRA!" bentak Orline tak kalah kencang.

"LO TAHU APA TENTANG HUBUNGAN KAMI!"

"GUA TAHU SEMUANYA. LO EGOIS, EGOIS, EGOIS. BENAR KATA ORANG-ORANG LO MEMPERMALUKAN KAUM PEREMPUAN!" bentak emosi Orline.

Jleb

Lea terdiam mendengar kalimat itu lagi. Kini air mata yang sejak tadi ia tahan mengalir dengan deras membasahi kedua pipinya. Tentu saja ia sakit hati dengan semua perkataan orang-orang di sekolahnya termasuk Orline.

"Lo masih bisa nangis ternyata, Baru gini doang, udah lemah. Gimana sama Rado yang selalu diperlakukan seperti ini sama lo ketika lo marah," sindir Orline tertawa remeh.

"Lo diem hiks," ucap Lea menangis.

"Orline, apa lo enggak terlalu kasar sama dia?" tanya Helcia berbisik.

"Ya enggaklah! Dia pantes diperlakukan kayak gini, kalau kita bersikap lembut sama dia, yang ada dia ngelunjak, lo enggak liat tadi perilaku dia enggak sopan gitu sama kita? Padahal kita kakak kelas dia, bukan cuman tindakannya aja yang enggak sopan, ucapannya juga. Gua heran, dia itu sebenarnya makan apasih? Bisa-bisanya sampai berperilaku buruk kayak gitu, sok-sokan menghina Radexs lagi, padahal diri sendiri aja lebih buruk! Dasar enggak ngaca!" jawab Orline dengan jengkel, ia juga mengeraskan suaranya agar adik kelas didepannya mendengar semua ucapannya.

Helcia menyentuh bahu Lea dengan lembut. Ia menatap mata Lea yang sembab karena menangis.

"Gua tahu lo pasti ngerasa bersalahkan sama Rado? Tapi kehalang sama ego lo aja. Dengar Lea, apapun keadaannya, jangan pernah memaksakan seseorang untuk selalu berada disamping lo. Karena jika memang dia sayang dan peduli sama lo, dia pasti akan berada disamping lo dengan kemauannya sendiri. Lo itu perempuan, jaga kehormatan dan harga diri lo. Dan Lea, selama ini bukannya Rado selalu ada untuk lo? Bahkan dia selalu berperilaku lembut dan sabar sama lo, dia tidak pernah membentak lo sama sekali, dia juga tidak pernah berteriak bukan saat berbicara sama lo? Tapi lihatlah, lo malah melakukan yang sebaliknya."

Radexs Gang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang