Suara dentuman keras dilangit terdengar menandakan sebentar lagi hujan akan segera turun. Seorang gadis dengan piyama birunya berjalan ditengah jalan yang sepi.
Rintin-rintik hujan mulai membasahi permukaan bumi. Hal itu tak kunjung membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
Ia mendudukkan badannya diatas aspal yang dingin dengan penampilan yang bisa dibilang kurang baik. Kedua bola mata yang bengkak seperti habis menangis, dan rambut yang acak-acakan, serta luka baretan yang memenuhi lengan tangan kirinya.
Suara deruman motor terdengar jelas ditelinganya. Empat motor besar tengah berjalan kearahnya.
Keempat laki-laki itu terkejut saat melihat perempuan yang mereka kenal tengah duduk diatas aspal. Tambah lagi, luka baretan yang ada dilengannya membuat mereka semakin dibuat merasa kebingungan.
Keempat laki-laki itu menghampiri gadis yang sedang duduk diatas aspal. Dengan kondisi yang bisa dibilang kurang baik, gadis itu menatap satu persatu laki-laki dihadapannya. Sebelum pada akhirnya ia berdiri tegak karena dihadapannya adalah orang yang ia kenal.
"Orline lo ngapain ditengah jalan kayak gini? Mana pake piyama lagi, dan lo enggak make alas kaki?" tanya beruntun Arkhan.
"Tangan lo juga penuh luka, itu kenapa? Ada yang buat kekerasan sama lo?" tanya Zoe yang juga sama penasarannya dengan keempat temannya.
"G-gue, gapapa," jawab Orline dengan suara yang bergetar.
"Bohong, lo kenapa? Apa yang terjadi sama lo?" tanya Arkhan sedikit memaksa.
Bukannya menjawab, Orline justru menangis. Tangisan Orline mampu membuat keempat laki-laki itu kembali kebingungan.
"Ngomong Lin, kalau lo diem aja, kami enggak bakal tau lo kenapa," ucap Zoe sedikit memaksa.
"KALIAN ENGGAK PERLU TAU! PERGI!" bentak Orline yang masih menangis.
Abyan menarik pergelangan tangan Orline agar berhadapan dengannya. Lalu ia menatap kedua bola mata Orline yang sendu.
"Kenapa?" suara berat Abyan mampu membuat Orline semakin mengeraskan tangisannya.
"K-kenapa g-gua enggak bisa menjadi s-sempurna? Kalau a-aja g-gua s-sempurna, pasti kedua orang tua g-gua enggak p-perlu terus-terusan merasa kecewa dengan gua," jawab Orline menangis.
"Lo mau jadi sempurna supaya kedua orang tua lo bisa bangga dengan lo?" sahut Zoe bertanya.
Orline mengangguk, ia menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti. "Saat kumpul keluarga, kedua orang tua gua selalu direndahin sama tante dan om gua karena tinggi gua yang enggak sebanding dengan anak-anak mereka, diantara semua sepupu gua, hanya gua yang pendek."
"Terus apa masalahnya?" tanya Arkhan bingung.
"Lo gimana sih Khan, di dalam keluarga Orline kan terkenal semua anak perempuan harus menjadi model, dan mereka pasti selalu juara setiap ada lomba fashion show. Kalau badan mereka aja enggak masuk rata-rata dalam dunia permodelan, ya gimana mereka mau jadi model dan menang fashion show coba?" jelas Zoe.
"Jadi itu alasannya," gumam Arkhan yang sudah paham.
"Karena itu gua selalu merasa gagal sebagai seorang anak bagi kedua orang tua gua. Apalagi walau kedua orang tua gua selalu dihina, mereka enggak pernah marah dan menuntut gua, bahkan mereka terus-terusan memuji dan mengatakan bahwa mereka bangga punya anak kayak gua, tapi sebenarnya apa yang mau dibanggakan dari gua yang jelek ini?" ucap Orline yang terus-terusan menyeka air matanya.
"Enggak ada yang sempurna di dunia ini Lin," ucap Abyan.
"ENGGAK! ITU BOHONG! SAMPAI KAPAN GUA HARUS MEMPERCAYAI PERKATAAN ITU? GUA MUAK YAN, MUAK," teriak histeris Orline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Novela JuvenilRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...