PART 42 . Hampir Menyerah

65 6 3
                                    

Sinar matahari menyapa paginya semua murid di sekolah Sma AIS. Walaupun bel belum berbunyi, tapi semua murid kelas 12 sudah merasakan ketegangan duluan.

Seluruh murid kelas 10 dan 11 hari ini diliburkan. Karena hari ini adalah hari dimana kelas 12 akan melaksanakan ujian kelulusan. Guru menegaskan, ada dua macam ujian yang akan dihadapi murid kelas 12.

Satu ujian tertulis, dan yang kedua ujian yang akan dilaksanakan dengan berkelompok. Saat bel sekolah sudah berbunyi, semua murid duduk ditempat duduk masing-masing.

Ujian tertulis dilaksanakan pukul 07.00 - 10.00. Hampir disetiap semua ruangan ujian, tidak ada yang bersuara. Mereka semua fokus dengan kertas ujian masing-masing.

Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 10.00. Dan ujian tertulis pun sudah selesai dilaksanakan.

Saat ujian tertulis sudah selesai, ujian kedua pun langsung dilaksanakan. Semua murid disuruh berkumpul di lapangan untuk dijelaskan tentang ujian kedua ini.

Kepala sekolah mulai menyalakan microfon. "Selamat pagi anak-anak semua, kali ini kita akan melaksanakan ujian kedua. Yang dimana, mungkin ujian ini akan lebih sulit dibandingkan ujian pertama."

"Langsung saja, Bapak akan menjelaskannya. Dengar anak-anak, kalian harus mencari jawabannya secara berkelompok. Dan jawabannya sudah di taruh disalah satu tempat di sekolah ini. Bentuknya bisa berupa apa saja. Kalian bebas kemana aja, tapi dilarang keluar dari area sekolah. Jika ketawan keluar area sekolah, maka kalian tidak akan lulus. Oh kalau tidak, Bapak akan kasih keringanan, kalian bebas ingin mencari jawaban secara kelompok ataupun individu."

Kepala sekolah menjeda ucapannya. Lalu ia tersenyum dan kembali berbicara.

"Baiklah, akan Bapak bacakan pertanyaannya. Harap dengarkan baik-baik."

Suasana menjadi hening. Semua murid fokus mempertajam pendengaran mereka.

"Dia memiliki ciri-ciri mudah rapuh dan hancur. Tapi dia hancur bukan karena orang lain, tapi diri sendiri. Itu adalah pertanyaannya, Bapak akan menghitung sampai 3, setelah itu kalian bubar mencari jawabannya. Waktunya dari jam 11.00 - 17.00."

Kepala Sekolah mulai menghitung. Saat hitungan sudah sampai 3, semua murid berbondong-bondong meninggalkan lapangan. Semuanya berpencar dengan jantung yang memompa dengan cepat akibat terlalu gugup.

Anggota inti Radexs berpencar entah kemana. Kini, Zoe justru bersama Nazwa, Shafira, Orline, Helcia.

"Kenapa jadi gua cowok sendiri?" gumam kesal Zoe.

"Yaudah, pergi aja lo sana!" usir Shafira.

Tidak menghiraukan pertengkaran antara Zoe dan Shafira. Helcia, Orline, dan Nazwa justru malah fokus mencari jawabannya disetiap tempat.

"Yakali kita harus mencari disetiap tempat. Sedangkan sekolahan ini besar banget," ucap Orline tak habis pikir.

"Menurut lo, tempat yang paling pas untuk menyembunyikan jawaban itu di mana?" tanya Helcia.

"Terlau banyak tempatnya," jawab Zoe.

"Kertas jawabannya itu hanya ada satu atau lebih?" tanya Orline.

"Lebih enggak sih? Masa cuman satu, mustahil banget," jawab Nazwa.

"Enggak ada yang mustahil Nazwa," sahut Shafira.

"Gimana kalau kita dari lapangan aja nyarinya? Disetiap tempat deh pokoknya kita datengin," saran Zoe.

"Yaudah boleh tuh, tapi apa cukup waktunya?" tanya Nazwa.

"Cukup-cukupin. Kalau belum dicoba, kita enggak tahu hasilnya," ucap Orline.

Lalu mereka pun berlari tergesa-gesa pergi ke lapangan. Bukan hanya mereka saja yang sibuk berlari kesana kemari, tapi murid lain juga seperti itu.

Radexs Gang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang