Orline berjalan memasuki gerbang sekolah dengan tersenyum. Tiba-tiba atensi matanya teralihkan saat melihat seorang remaja laki-laki yang tengah tertawa dipinggir lapangan basket bersama keenam teman-temannya.
Orline menghentikan langkah kakinya sejenak. Ia memandang cukup lama wajah Abyan yang tertawa.
Jantungnya berdetak dengan kencang. Perasaan aneh yang akhir-akhir ini ia rasakan pun kembali ia rasakan lagi.
"Apa gua mulai menyukai Abyan? Tapi, kenapa?" gumam Orline.
Tidak ingin berlarut-larut dalam pikirannya, Orline pun melanjutkan langkahnya pergi menuju kelasnya. Sesampainya disana, ia melihat Helcia yang tengah membaca sebuah buku kimia.
"Tumben dateng pagi?" tanya Orline menghampiri sahabatnya.
"Pengen aja," jawab singkat Helcia sembari tersenyum.
Orline menganggukkan kepalanya. "Hel, kalau gua suka Abyan enggak salahkan?"
Helcia yang mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Orline membulatkan matanya terkejut. Lalu ia menatap manik mata Orline yang sepertinya sedang tidak bercanda.
"Ha?"
Orline berdecak kesal. Ia tahu pastinya Helcia terkejut mendengar pertanyaan darinya. Tapi, ia sedang membutuhkan jawaban saat ini, lagi pula didalam kelasnya hanya ada mereka berdua, jadi Orline bisa leluasa menanyakan hal itu kepada Helcia.
"Gua enggak salahkan?" tanya Orline lagi.
Helcia masih terdiam. Ia kembali mencerna pertanyaan dari Orline.
Sampai akhirnya ia mengukir sebuah senyuman diwajahnya. Membuat Orline menaikan satu alisnya kebingungan.
"Benarkan kata gua, benci itu singkatan dari benar cinta."
"Ih! Gua lagi serius Hel, jangan bercanda deh," rengek kesal Orline.
"Oke-oke. Jadi, lo beneran suka sama Abyan?" tanya Helcia serius dan diangguki oleh Orline.
"Apa yang membuat lo bisa suka sama Abyan? Padahal dulu lo benci banget sama dia," ucap Helcia bingung.
"Entahlah Hel, gua juga enggak tahu kenapa perasaan itu tiba-tiba muncul," jawab Orline lesu.
"Cinta itu enggak ada yang salah kok Lin. Kalau memang lo benar-benar suka sama Abyan, ya enggak masalah. Bahkan lo bisa memperjuangkan cinta lo itu," ucap Helcia tersenyum.
"Tapi, emangnya Abyan bakal suka sama gua? Kayaknya mustahil deh."
"Jangan putus asa kayak gitu dong. Lo harus semangat, walaupun kodrat wanita itu dikejar, bukan mengejar," ucap Helcia.
"Tuhkan! Gua takut dikira perempuan murahan lagi." Orline kembali menekuk wajahnya.
"I-iya gimana ya, masalahnya gua juga enggak paham sama hal yang ginian hehe," ucap Helcia cengengesan.
"Emang lo enggak pernah pacaran gitu? Atau lo pernah suka sama laki-laki?"
Helcia menggelengkan kepalanya. "Dari dulu gua enggak pernah berpikiran untuk pacaran atau menjalin hubungan sama laki-laki. Gua mau fokus belajar aja."
"Padahal lo cantik Hel, kenapa lo enggak manfaatin kecantikan lo untuk mendapatkan pacar? Siapa sih laki-laki yang enggak mau sama lo, udah cantik, baik, penyayang lagi," ucap Orline.
"Konsepnya enggak gitu juga Lin. Semua perempuan itu cantik dimata orang yang tepat, lagi pula laki-laki yang mudah suka sama perempuan hanya dengan melihat fisik dan kelebihannya untuk apa? Itu bukan laki-laki yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Fiksi RemajaRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...