Pagi sudah berganti dengan malam. Sama halnya dengan pergantian waktu, suasana pun juga berubah.
Suasana di sekolah sangatlah menyeramkan saat malam hari. Hanya terdapat keheningan dan juga terdengar suara air pancur yang mengalir.
Orline menelan salivanya kasar. Tiba-tiba saja rasa takut menyelimutinya. Bahkan tangannya kini sudah berkeringat dingin.
"Udah gua bilang Lin, ngapain coba kita ikut, kurang kerjaan," ucap Helcia memandang wajah ketakutan Orline.
"G-gua penasaran Hel, udahlah mau gimana lagi, udah terlanjur," jawab Orline pasrah.
"RADO, AKU MAU JADI PELINDUNG KAMU!" teriak histeris Lea membuat jantung Orline hampir saja copot.
"Bangsat! Bikin kaget aja," umpat kesal Orline.
"Lho? Ada Lea?" gumam bingung Orline.
"Kenapa bingung? Bukannya udah ketebak ya," ucap Helcia.
Berkat ucapan Helcia, kini Orline mengerti mengapa ada Lea juga disini. Ia sempat lupa jika Lea itu posesif. Dimana ada Rado, maka disitulah ada Lea.
Tapi biasanya setiap Radexs menjalankan misi, Lea tidak pernah ikut, karena Rado tidak mengizinkannya. Tentu saja Rado melarang Lea ikut, itu sangatlah berbahaya untuk perempuan seperti Lea. Apalagi Lea tidak bisa menguasi teknik bela diri. Lalu mengapa Lea sekarang dibiarkan ikut oleh Rado?
"Mungkin aja Lea udah tau tentang misi Radexs di sekolah, dan dia juga tahu kalau ada kita yang ikut," ucap Helcia membuat semua pertanyaan dibenak Orline terjawab.
"Jangan bilang, adik kelas kita ini takut pacarnya direbut sama kita?" tanya Orline terkekeh.
"Mungkin bisa jadi," jawab ragu-ragu Helcia.
"Oh ya ampun, bodoh sekali dia, sebegitunya takut kalah saing?" Orline tertawa membuat fokus semua orang teralihkan kearahnya.
"Gua denger!" sentak kesal Lea.
"Oops! Maaf," ucap Orline tersenyum penuh kemenangan.
"Kalau mau ribut, jangan disini!" ucap Abyan penuh penekanan.
"Berisik!" bantah Orline spontan.
Mereka yang mendengar Orline berani membantah Abyan pun terkejut. Begitu pula dengan Abyan, ia menajamkan matanya menatap perempuan yang sangat ia benci dulu.
"Dasar, ternyata lo masih tetap Orline yang sama."
- batin AbyanTerdengar suara kerap langkah kaki yang menghampiri mereka. Mendadak suasana menjadi tegang dan hening.
"Semuanya, waspada!" ujar Elfrey datar tetapi tegas.
Saat semuanya sudah dalam keadaan siap dan waspada. Ternyata mereka semua salah paham, itu adalah suara langkah kaki dari Nazwa, Disha, dan juga Shafira.
"Bodoh! Kenapa kalian ada disini?" tanya kesal Abyan.
Abyan merasa sangat kesal saat ini. Ia hanya tidak ingin membuat misi Radexs gagal dan hancur karena terdapat orang-orang yang bahkan tidak mengerti caranya bela diri.
"Pengen ikut juga," jawab antusias Nazwa.
"Jangan menganggap ini remeh! Udah cukup tiga beban saja, dan ini kalian juga ingin menjadi beban begitu?" tanya marah Abyan.
"Y-yaa maaf, soalnya kami penasaran," jawab terbata-bata Shafira.
"Oy Zoe, lo yang ngasih tahu hal ini ke pacar lo?" tanya Arkhan.
"Enggak!" bantah serempak Zoe dan Disha.
"Gua sama temen-temen gua tahu, karena tadi saat kalian cerita ke Helcia dan Orline, kami ada disitu," jawab Disha menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Teen FictionRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...