PART 11 . Dibalik penyerangan

128 9 5
                                    

Semua sudah berada ditempat masing-masing seperti yang direncanakan. Jam juga sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi masih tidak ada tanda-tanda kedatangan dari sang pelaku.

"Gua ngantuk, lama banget sih mereka datengnya," protes Disha.

"Dari tadi lo ngoceh mulu! Mending tidur aja deh, ganggu aja," gerutu Lea yang juga merasa lelah.

Akhirnya, Disha menenggelamkan kepalanya kedalam kedua lipatan tangannya. Rasa ngantuk sudah menyelimuti dirinya sedari tadi. Disamping Disha, ada Shafira yang tertidur denhan menyenderkan kepalanya ke sandaran kursi.

"Dasar! Kerjaannya tidur aja," cibir Lea tak suka.

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya Lea ikut tertidur diatas kursi. Kanha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tiga perempuan dibelakangnya yang tengah tertidur pulas.

Tiba-tiba Kanha menjadi tegang saat melihat dari layar komputer menunjukkan lima orang dari pintu gerbang utama, dan lima orang lagi yang masuk lewat pintu gerbang belakang. Orang-orang itu memakai pakaian serba hitam. Hanya mata mereka yang terlihat, sepertinya mereka adalah orang-orang yang profesional.

"Hati-hati, mereka udah mulai bergerak, dan bahkan, jumlah mereka lebih banyak dari dugaan kita," ucap Kanha lewat aerphone.

Semua mendengar ucapan Kanha dengan baik. Mereka semua bahkan sudah mempersiapkan diri masing-masing.

Arkhan dan Ramos yang berjaga digerbang utama sekolah memperhatikan gerak-gerik lima orang laki-laki yang memakai pakaian berwarna hitam. Tiba-tiba mereka terkejut karena kelima orang itu malah menembakkan peluru kesegala arah dengan berteriak.

"RADEXS, KELUAR KALIAN SEMUA! JANGAN SEMBUNYI SEPERTI ORANG PENGECUT, KAMI TAHU KALIAN ADA DISINI," teriak lantang salah satu dari mereka.

Seperti dugaan Abyan, dari awal ia sudah berfirasat bahwa hal ini pasti akan terjadi. Karena tidak mungkin orang-orang itu sebodoh yang mereka pikirkan.

Derap langkah kaki semakin nyaring terdengar, ternyata mereka bukan hanya sepuluh orang, melainkan lebih. Hampir dua puluh orang lebih memasuki gerbang utama dengan pakaian serba hitam.

"Mereka tiga puluh orang?" tanya panik Ramos.

"Gawat, jadi kita harus gimana?" tanya Zoe.

"Dengerin gua, kita harus bergerak dengan cepat, kalian tetap ditempat masing-masing. Gua, Orline, dan Nazwa akan langsung amankan rekaman cctv dikoridor kelas dua belas, lalu Elfrey dan Orline amankan rekaman cctv dilaboratium dan koridor kegiatan ekstrakurikuler, jangan lupakan, cari sampai dapat foto yang ditinggalkan korban dilaboratium."

Pemilik suara itu adalah Abyan. Mereka mulai bergerak sesuai perintah dari Abyan.

"Abyan, gua takut," ucap panik Nazwa tapi tak dihiraukan oleh Abyan.

"Cctv terletak didua tempat, ruang kelas terakhir koridor kelas dua belas. Karena saat masuk koridor kelas dua belas, kelas pertama yang kita lihat adalah XII IPS 5, jadi berarti disana ada cctv, dan didepan kelas XII IPA 1. Berarti kita harus berpencar," ujar Helcia menjelaskan.

"Kalian sanggup berpencar?" tanya Abyan yang masih kurang yakin dengan keputusan Helcia.

"ENGGAK!! gila aja kita berpencar, bisa mati duluan gua sebelum bergerak," protes Nazwa.

"Kalau enggak, Nazwa biar sama lo aja Yan, gua sendirian," ucap Helcia.

"Lo perempuan Hel! Enggak mungkin gua tinggalin lo sendirian gitu aja."

"Enggak ada hubungannya gua perempuan, ini darurat Yan, kalau kita enggak cepet, semuanya akan sia-sia, karena rekaman cctv dikoridor kelas dua belaslah yang paling penting, karena disitu tempat terjadinya penyerangan," ucap Helcia berusaha meyakinkan.

Radexs Gang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang