Dengan perasaan dan pikiran yang berantakan, Orline pergi ke rumah sahabatnya untuk menenangkan diri. Entah mengapa, setiap Orline memiliki masalah, jika bercerita dengan Helcia membuatnya menjadi lebih baik. Karena, tidak ada yang bisa memahami perasaannya ketimbang Helcia.
"Makasih ya Hel, udah mau dengerin cerita gua."
"Iya Lin, sama-sama."
"Gua disini sebentar lagi boleh enggak? Gua males pulang, soalnya keluarga besar gua lagi pada ngumpul di rumah gua. Lo tau sendiri Hel, gua paling males berada didekat mereka," ucap Orline.
Helcia tersenyum lalu mengangguk. "Lama lagi juga enggak apa-apa. Kebetulan gua lagi enggak sibuk, dan butuh teman."
"Hel, lo tahu kan, besok ada acara pentas di sekolah," ucap Orline memulai topik.
"Iya, gua tahu. Yang pentas anak kelas 10 kan, sama osis?"
Orline mengangguk. "Gua bingung deh, besokkan kita disuruh berpenampilan bebas, dan lo tahu sendiri anak Sma AIS itu gimana, mereka pasti bakal make pakaian mahal gitu. Bahkan pasti bisa ngalahin seorang artis," ucap Orline.
"Iya, lalu masalahnya dimana?" tanya Helcia.
"Gua kan masuk ekskul modeling, dan pastinya harus berpakaian layaknya seorang model. Masalahnya, gua bingung harus pakai apa." Orline menghela nafasnya lelah.
Lalu matanya menatap Helcia yang menatapnya. "Kalau lo, bakal pake baju apa?"
"Entahlah. Gua masih belum kepikiran. Lagian, gua enggak tertarik hadir ke acara besok," jawab Helcia lesu.
"Kenapa?! Lo harus hadir Hel, apa jangan-jangan karena enggak ada Elfrey, makanya lo enggak mau hadir? Pasti itu alasannya bukan?" tanya Orline.
Dan benar seperti dugaan Orline. Helcia menganggukkan kepalanya dengan wajah yang terlihat sedih.
"Ayolah Helciaku sayang, sejak kapan lo jadi bucin gini?" Orline tertawa geli.
"Mungkin, sejak Elfrey datang ke dalam kehidupan gua," jawab Helcia tersenyum malu.
"Yaelah, dasar bucin! Gua baru kali ini ngeliat lo bersikap seperti ini, akhirnya lo normal juga ya Hel." Orline tertawa melihat wajah Helcia yang cemberut.
"Gua memang normal ya. Lagian, wajar kali kalau gua dulu enggak tertarik sama percintaan gitu. Soalnya, gua banyak ngeliat teman-teman gua yang putus cinta, jadi gua males deh buang-buang waktu untuk mengurus kisah cinta gua yang akhirnya nanti malah jadi menyedihkan," ucap Helcia.
"Tapi, kenapa kali ini lo malah mau buka hati untuk Elfrey?" tanya Orline.
"Karena, gua rasa Elfrey orang yang tepat buat gua. Buktinya, dia langsung mau ngajak gua nikah pas lulus S1 kuliah," jawab Helcia tersenyum.
"Kalau udah nikah, berati kalian langsung buat anak dong? Jadi, gua bakal punya keponakan nih? Bilang iya Hel!" ujar Orline dengan sangat antusias, bahkan matanya sudah berbinar.
Helcia tersipu malu dengan pertanyaan yang dilontarkan Orline. Lalu ia menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa perkataan Orline tidak benar.
"Enggaklah! Gua maunya lulus kuliah dulu. Dan gua juga maunya kerja sambil kuliah," jawab Helcia.
"Yah! Padahal gua udah enggak sabar pengen punya keponakan," ucap Orline lesu.
Tiba-tiba, sebuah ide muncul dibenaknya. Orline menopang dagu dengan tangan kanan miliknya sembari menunjukkan senyuman jahil.
"Itukan kemauan lo Hel, tapi gimana kalau Elfrey maunya nikah langsung punya anak? Hayo-hayo, gimana?"
"Gua tolak. Lagian, kami ini masih muda, jadi harusnya fokus ke pendidikan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Teen FictionRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...