PART 34 . Sebuah Pelukan

81 7 4
                                    

Karena sebuah misi yang harus mereka jalankan, Zoe dan juga Ramos terus berada tak jauh dari Orline. Orline yang sadar ia terus diperhatikan pun mendengus sebal, jika saja yang mengawasinya adalah Abyan, maka ia akan dengan senang hati membiarkannya. Tapi kembali lagi, harapan tak sesuai dengan realita.

Helcia menyadari perubahan raut wajah yang ditunjukkan oleh Orline. Kini mereka berdua sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.

"Elfrey udah cerita semuanya sama gua," ucap Helcia memecahkan keheningan diantara keduanya.

Orline menatap Helcia yang berada didepannya. Ia terkekeh lalu menyuapkan satu sendok bakso kedalam mulutnya.

"Papi gua terlalu lebay," ucap Orline.

"Justru ini hal yang wajar kalau sikap Papi lo kayak gitu Lin. Berarti Om Lambang sayang banget sama lo," ucap Helcia.

"Gua memang enggak pernah meragukan kasih sayang Papi dan Mami ke gua, cuman gua risih diperlakukan kayak gini, gua bukan anak kecil lagi. Gua udah besar, gua bisa jaga diri," ucap Orline sembari menusuk-nusuk baksonya dengan garpu.

"Selama ini Papi lo selalu memahami keadaan lo, jadi apa salahnya jika gantian lo yang memahami keadaan Papi lo?" tanya Helcia tersenyum.

"Maksudnya?"

"Gua yakin lo enggak sebodoh itu Lin sampai-sampai enggak paham apa maksud gua," ucap santai Helcia.

"Ish! Iya-iya. Yaudahlah, mau gua menentang atau membantah Papi gua juga percuma bukan? Nyatanya Papi gua juga tetap keras kepala," ucap Orline pasrah.

Sedangkan dari kejauhan, dua orang pria tengah memantau Orline dan Helcia yang sedang mengobrol. Mereka juga menatap keadaan sekeliling, dan tetap tidak ada yang mencurigakan.

"Gara-gara misi ini, rencana kita untuk kemah dibatalkan," ucap Zoe, suaranya terdengar sedang sedih.

"Ayolah jangan sedih gitu, lain kali kan masih bisa," ucap Ramos berusaha membujuk Zoe agar tidak sedih lagi.

"Sok bijak lo." Zoe terkekeh lalu kembali melihat sekeliling kantin. Namun kali ini bukan untuk memastikan keadaan aman, tapi ia mencari keberadaan pacarnya, Disha.

"Kemana dia?" batin Zoe bingung.

Tiba-tiba orang yang ada dipikiran Zoe kini muncul bersama kedua temannya. Tapi kedatangannya ke kantin bukan untuk menemui Zoe, namun mereka malah pergi kearah meja Orline dan juga Helcia.

"Gua minta maaf karena dulu sempat kasar sama lo. Dan Helcia, gua juga minta maaf karena dulu pernah punya pikiran untuk merebut Elfrey dari lo," ucap Nazwa terdengar tulus.

Orline tersedak makanannya. Secepat mungkin Helcia mengulurkan satu gelas es teh miliknya yang masih belum sempat ia minum. Alasan mengapa Helcia tidak memberikan minuman Orline, karena minuman yang dipesan Orline adalah satu gelas soda. Bukankah tidak baik jika tersedak malah diberikan minuman soda?

"Hampir gua mati," gumam Orline lega.

Kini Orline menatap curiga kearah tiga perempuan yang kini berdiri disampingnya dan juga disamping Helcia. Ia menaikan satu alisnya keatas lalu terkekeh.

"Dapet hidayah apaan lo sampai-sampai tahu kata maaf?" tanya Orline meremehkan.

"Dasar enggak tahu dir—"

Belum sempat Shafira menyelesaikan ucapannya, Nazwa malah menyela duluan. Sikap yang ditunjukkan Nazwa membuat Shafira kesal setengah mati karena harus menahan amarahnya.

"Terserah lo mau nganggep apa kek, yang penting gua udah minta maaf," ucap Nazwa mengalah.

Sekali lagi Orline tertegun dengan sikap Nazwa. Ia menoleh kearah Helcia pertanda ia bingung harus apa.

Radexs Gang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang