Sinar matahari kini sudah berganti dengan sinar bulan dan juga bintang-bintang yang menemani gelapnya malam hari. Terlihat, seorang perempuan dan juga laki-laki tengah duduk dipinggir atau ditepi danau sembari menatap langit malam.
Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu tidak lain ialah Orline dan juga Abyan. Alasan mengapa mereka bisa bersama di tempat ini adalah karena Orline meminta Abyan untuk menemuinya di tepi danau.
Awalnya Abyan ingin menolaknya, tapi niatnya ia urungkan. Ia berfikir, akan menyelesaikan semuanya malam ini.
Abyan tidak ingin lagi membuat Orline selalu berharap kepadanya. Kali ini Abyan benar-benar bertekad untuk menjauh dari Orline.
Tapi, saat mereka bertemu, tidak ada yang membuka obrolan maupun suara. Keduanya hanyut dalam pemikiran masing-masing. Sebelum pada akhirnya, Orline berbicara dengan nada sendu.
"Kita, benar-benar tidak akan bisa bersama?"
Pertanyaan itu, selalu dilontarkan Orline kepada Abyan. Padahal, sudah jelas Abyan mengatakan bahwa ia tidak akan pernah bisa menyukai Orline, tapi perempuan itu sungguh sangatlah keras kepala.
"Lo udah tahu jawabannya, Lin."
"Tapi kenapa? Kalau kita tidak mencobanya dulu, bagaimana mau tahu hasilnya? Kita bisa menjalaninya dulu bukan? Urusan lo mencintai gua atau tidak, itu urusan belakangan. Gua enggak mempermasalahkan hal itu," ujar Orline meyakinkan.
"Orline, kenapa lo mengemis cinta kepada laki-laki yang bahkan tidak mencintai lo?" tanya Abyan.
Orline terdiam memikirkan pertanyaan Abyan. "Mungkin kah, karena gua enggak mau kehilangan lo."
"Kehilangan? Bahkan, dari awal kita tidak pernah menjalin sebuah hubungan. Berhenti mengemis cinta ke gua Lin, karena itu semua hanya akan berakhir dengan sia-sia."
"Setidaknya, kasih gua kesempatan untuk menaklukan hati lo. Biarkan gua mencobanya sekali saja," ucap Orline dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf, enggak bisa. Gua enggak mau menyakiti diri gua sendiri, dan diri lo. Mungkin juga, sebaiknya, mulai sekarang kita menjaga jarak," ucap Abyan membuat Orline terkejut dan menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Jaga jarak? Ini pasti bohongkan? Gua enggak akan bisa, Abyan. Lo bisa menolak gua, lo bisa memaki ataupun menceramahi gua atau apa lah! Tapi gua mohon, jangan suruh gua untuk menghapus perasaan ini dan menjaga jarak dari lo. Karena, gua tidak akan sanggup." Kini, air mata Orline menetes membasahi kedua pipinya.
Lagi-lagi, perempuan didepannya menangis hanya karena cinta. Abyan terkekeh, apakah yang dikatakan orang-orang tentang cinta itu benar? Bahwa orang yang mengalami jatuh cinta akan menjadi bodoh.
"Sebaiknya mulai sekarang lo lupakan gua Lin, itu yang terbaik," ucap Abyan lalu bangkit dari duduknya hendak pergi.
"Abyan, gua mohon banget sama lo, kasih gua kesempatan," ucap Orline ikut bangkit dari duduknya lalu berdiri tepat dihadapan Abyan dengan menatap manik mata pria itu.
"Sadar, Orline! Walau gua kasih lo kesempatan pun, gua tetap enggak bakal bisa mencintai lo seperti lo mencintai gua. Karena, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Lo tahu akan hal itu," ucap Abyan berusaha membuat Orline mengerti, tapi sepertinya usahanya hanya akan menjadi sia-sia saja. Nyatanya, Orline adalah tetap gadis keras kepala.
Orline menggelengkan kepalanya pelan, yang artinya ia menolak. "Tapi, setidaknya lo mencoba untuk buka hati lo untuk gua. Sekali saja, gua mohon."
"Lin, gua enggak punya perasaan apapun untuk lo. Sama sekali tidak ada," ucap lembut Abyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Teen FictionRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...