Terlihat senja yang berwarna jingga sudah menghiasi langit. Tujuh laki-laki tengah duduk santai didekat warung yang berada diluar gerbang sekolah.
"Hari ini adalah hari yang paling gua benci, lama banget pulangnya," ujar Kanha merasa kelelahan.
"Bukan lo aja, gua juga," sahut Ramos.
"Oh iya, kali ini kita turun tangan kagak buat nyelesaiin misi?" tanya Arkhan menatap Abyan.
"Biarin anak Radexs yang lain aja, gua percaya sama mereka." jawab Abyan tengah menatap kejalanan yang dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu dengan cepat.
Yang menjadi fokusnya saat ini adalah seorang gadis yang berada dipinggir jalan tengah berdiri kaku. Sepertinya ia takut untuk melangkahkan kakinya, terlihat dari wajahnya yang pucat.
Rado mengikuti arah pandang Abyan, "Itu Orline kan?"
"Iya," jawabnya singkat.
"Dia kenapa? Wajahnya kayak pucet gitu," ucap Ramos.
"Apa dia takut buat nyebrang? Kayak anak kecil aja," ejek Kanha.
Disisi jalan, Orline menatap jalan raya didepannya dengan degup jantung yang berdetak dengan kencang. Wajah yang pucat, dahi yang dipenuhi keringat, dan jantungnya juga yang terus berdetak dengan kencang, menandakan bahwa ia sedang panik dan takut.
Orline memiliki trauma dengan jalan raya. Dulu saat kecil, ia pernah hampir tiada karena tertabrak mobil.
"G-gua harus apa?" gumamnya.
"Kalau gua minta tolong Helcia, nanti ngerepotin dia lagi. Gua enggak mau selalu ngerepotin dia, lagian dia masih punya urusan disekolah."
Dengan keberaniannya yang sedikit, ia menyebrang jalanan dengan kaki yang gemetar. Tangannya mengangkat perlahan untuk menyebrang, tapi karena Orline yang sangat lama menggerakkan kakinya, membuat bunyi klakson dari kendaraan terus terdengar.
Begitu suara klakson yang terdengar nyaring dan juga ramai, Orline memejamkan matanya. Tiba-tiba saja nyalinya menjadi menciut akibat suara yang ditimbulkan para pengendara.
Karena terlalu panik, Orline berlari tanpa melihat kanan dan kirinya. Tanpa ia sadari, ada sebuah mobil melaju kencang.
Saat Orline hampir tertabrak, ada seorang pria yang menyelamatkannya. Pria itu adalah Abyan. Orline menatap mata Abyan yang menajam bagaikan pisau.
"Lo mau mati?!"
Bukan tanpa alasan mengapa Abyan menyelamatkan gadis didepannya, itu semua karena dirinya yang masih memiliki sisi kemanusiaan. Lagi pula, Abyan tidak ingin melihat perempuan yang membuat hidupnya menderita dulu tiada didepan matanya. Karena pembalasan Abyan terhadap gadis itu belum usai.
"Gua enggak minta lo buat nolongin gua! Masalah gua mati atau enggak, itu bukan urusan lo," ucap Orline penuh penekanan.
Orline berusaha untuk tidak memperlihatkan ketakutannya didepan Abyan. Sebenarnya sekujur tubuh Orline masih merasakan gemetar walaupun sudah berhasil selamat dari tabrakan mobil itu.
Teman-teman Abyan pun menghampiri keduanya yang berada dipinggir jalan. Disitu juga terdapat Helcia yang menghampiri Orline dengan wajah panik.
"Orline, lo gapapa kan? Ada yang luka?" tanya panik Helcia.
Orline memeluk kencang tubuh Helcia. Bahkan Helcia mampu merasakan tubuh Orline yang bergetar hebat.
"Tenang, lo udah baik-baik aja sekarang, jangan khawatir," ucap Helcia membalas pelukan Orline.
"G-gua mau pulang sekarang Hel," lirih Orline pelan.
"Gimana kalau kalian berdua salah satu dari kami yang anter aja? Udah mau malem," ucap Arkhan menawarkan dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Teen FictionRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...