Kanha berjalan memasuki rumahnya dengan seulas senyuman dibibirnya. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Ibunya.
"Ibu, dimana?" gumamnya.
Saat Kanha berjalan menuju dapur, ia mendengar suara isak tangis yang berasal dari kamar ibunya. Karena panik, ia berlari menaiki tangga dengan perasaan tergesa-gesa.
Saat Kanha sampai didepan kamar Ibunya, ia membuka sedikit pintunya tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Objek pertama yang ia lihat adalah Ibunya yang tengah menangis dipinggir ranjang.
"Aku harus kerja apalagi supaya bisa menghidupkan Kanha? Jualan kue aja enggak cukup, mana keperluan Kanha semakin banyak," lirih Kayza, Ibu dari Kanha.
Kayza pun menyeka air matanya yang terus saja mengalir. "Aku harus berusaha lebih keras lagi untuk mencari uang agar Kanha bisa hidup dengan nyaman dan aman."
"Dia enggak boleh tahu keadaan ekonomi aku sekarang, kalau dia tau, bisa-bisa dia jadi kepikiran nanti," lanjut Kayza.
Mendengar semua perkataan yang dilontarkan Kayza membuat hati Kanha teriris-iris. Ia merasa gagal menjadi seorang anak.
Kanha berlari meninggalkan rumahnya. Ia membutuhkan ketenangan saat ini.
Dengan perasaan yang kurang baik, Kanha berjalan mendekati air laut. Sepi, damai, dan tenang. Tiga kata itu mampu menggambarkan tempat yang ia singgahi saat ini.
Kanha menatap air laut yang terus saja bergoyang akibat gelombang. Setetes air mata lolos membasahi pipinya.
Ia lemah, lemah jika ada sesuatu yang bersangkutan dengan Ibunya. Kanha tidak bisa melihat Ibunya bersedih, apalagi sampai air mata mengalir dipipi Ibunya.
"Maaf Bu, Kanha masih belum bisa jadi anak yang berguna untuk Ibu."
Kanha adalah anak broken home. Ibunya bercerai dengan Ayahnya karena Kanha.
Ayahnya selalu saja bermain kekerasan jika Kanha melakukan kesalahan sekecil apapun. Hati Ibu mana yang tak hancur melihat anaknya diperlakukan seperti itu?
"Ya tuhan, bolehkah Kanha benci dengan Ayah?"
"Bahkan, rasanya memanggil dia Ayah saja mulut gua udah enggak sanggup, dialah penyebab penderitaan Ibu dan gua. Gua benci sama dia!" gumam Kanha memejamkan matanya.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya pelan. Kanha tersental sejenak, lalu ia menoleh kearah orang disampingnya.
"Zoe? Lo ngapain disini?" tanya Kanha terkejut.
"Gua lagi ngedate sama Disha, sekarang dia lagi ke kamar mandi sebentar. Dan lo ngapain disini?"
"G-gua, mau menghirup udara segar aja," jawab Kanha berbohong.
"Yakin? Raut wajah lo enggak sama dengan ucapan lo. Dan tadi gua denger semua yang lo ucapkan," ucap Zoe membuat Kanha terdiam.
"Kanha, cukup benci sikapnya saja, jangan orangnya juga. Karena mau bagaimapun, dia adalah ayah lo kan?"
Kanha terkekeh, pandangannya ia arahkan lurus kedepan. "Ayah mana yang tega bermain tangan dengan anaknya sendiri? Ayah mana yang selalu membentak dan mengatakan kata yang tidak sepantasnya ia katakan? Ayah mana yang selalu menghina anaknya?! Kalau memang dia seorang Ayah, dia pasti ingin yang terbaik untuk anaknya dan dia pasti ingin anaknya bahagia. Kalau saja Ibu enggak bercerai dengan Ayah, mungkin saat ini mental gua udah akan hancur," ujar Kanha mengepalkan tangannya.
"Tapi Kanha, jangan sampai lo melebihi batasan lo. Lo harus selalu ingat, dia adalah Ayah lo," ucap Zoe menasehati.
"Kalau bukan Ibu gua yang menyuruh gua tetap menganggap dia sebagai Ayah, mungkin sekarang panggilan Ayah tidak akan pernah gua ucapkan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Radexs Gang [END]
Teen FictionRadexs Gang, bukan geng motor, ataupun mafia. Mereka hanyalah kumpulan remaja yang memiliki tujuan untuk saling menolong dan melindungi. Tugas mereka adalah menyelesaikan misi yang diberikan lalu sebagai gantinya, mereka bebas meminta satu permintaa...