PART 12 . Meminta keadilan

105 9 3
                                    

"Karena sayalah penyebab ibunya meninggal," jawab lirih Pak Herry namun masih mampu mereka dengar.

"APA?!"

"Benar, tapi itu semua hanyalah sebuah ke salah pahaman. Saat itu, saya ingin pulang ke rumah saya dengan mengendarai mobil, karena waktu itu saya habis dari supermarket. Ditengah jalan, saya melihat perempuan paruh baya tergeletak dijalanan, saya menghampirinya dan saya terkejut melihat tubuhnya sudah dilumuri darah, saat saya hendak menolong, Guntur datang dan mengira sayalah yang menabrak ibunya, sialnya lagi didaerah sana sepi dan tidak ada cctv sama sekali!"

"Apakah Bapak udah mencoba untuk menjelaskan hal ini kepada Pak Guntur?" tanya Orline dan dibalas anggukan oleh Pak Heryy.

"Sudah, tapi dia tidak mau mempercayai saya," jawab Pak Herry.

"Kejadian itu, sudah berapa tahun berlalu?" tanya Zoe.

"Saat ini sudah sekitar tiga tahun."

"Mengapa Pak Herry tidak melaporkan anda ke kantor polisi?" tanya Abyan menaikan satu alisnya keatas.

"Dia pernah melakukannya, bahkan kantor polisi sudah membuktikan bahwa saya tidak bersalah, tapi tetap saja Guntur tidak mau mempercayai itu, dia aneh," ucap Pak Herry.

"Tapi kenapa Bapak malah ingin membunuh Pak Guntur hanya karena Bapak kehilangan pekerjaan Bapak? Pekerjaan itu bisa dicari, tapi nyawa tidak bisa Pak," ucap Rado.

Pak Herry menyungging senyumnya. "Itu benar, tapi karena saya kehilangan pekerjaan saya, itu membuat Istri saya meninggalkan saya. Bahkan istri yang sangat saya cintai, mempercayai fitnah yang disebarkan oleh Guntur."

"Saran saya, lebih baik Bapak membicarakannya baik-baik dengan Pak Guntur, saya pikir Pak Guntur merasa bersalah dengan Bapak," ucap Ramos menyarankan.

"Baiklah, tapi saya ingin meminta keadilan kepada pemilik sekolah agar nama saya menjadi bersih kembali," ucap Pak Herry tegas.

"Silahkan saja, itu hak anda," datar Abyan.

"Sopan dikit Yan, dia tuh dulu guru lo juga," ujar Orline berbisik tapi tak dihiraukan oleh Abyan.

Terlihat Helcia dan yang lainnya tengah berlari kecil menghampiri Radexs yang sedang berada dilapangan. Mereka nampak tak percaya bahwa didepan mereka saat ini adalah Pak Herry guru matematika mereka dulu.

"Jadi, Bapak dalang dari semua kejadian ini? Dasar, mengapa Bapak tega sekali?" tanya Shafira memutar bola matanya malas.

"Shafira, mendingan lo diem aja deh, mulut lo bau," jutek Kanha.

Ucapan yang barusan dilontarkan Kanha mampu membuat suara tawa terdengar. Shafira hanya menatap kesal kearah Kanha yang selalu saja membuatnya malu.

Mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Kecuali Pak Herry yang dipaksa untuk tinggal semalam di markas Radexs.

Keesokan paginya, keadaan sudah mulai membaik. Setelah Radexs Gang melaporkan semua kejadian yang terjadi kepala pihak sekolah, mereka pun meminta maaf kepada Pak Herry dan kembali memperkerjakannya kembali dan membuat pengumuman bahwa kasus yang dulu sempat viral adalah hanya sebuah fitnah.

Pak Guntur juga sudah sadar dari komanya. Walau masih dalam keadaan lemah, ia masih mampu berbicara dengan Pak Herry.

Ternyata, Pak Guntur merasa bersalah karena sudah menyebarkan fitnah tersebut. Ia juga sudah tahu bahwa ibunya tidak tiada karena Pak Herry yang menabraknya. Melainkan ibunya meninggal karena ada orang lain yang menabraknya. Itu pula karena kelalaian ibunya yang tidak hati-hati saat menyebrang.

Keadaan sudah kembali seperti semula. Begitu pula dengan hubungan diantara Pak Herry dan Pak Guntur. Sudah tidak ada lagi permusuhan diantara keduanya.

Radexs Gang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang