47. BUKTI

87 8 0
                                    



Sudah sehari Hera dirawat, saat itu juga Leni harus menikmati kesendirian, gadis berbalut seragam hijau army kotak-kotak itu berjalan memasuki pintu kaca gelap ruang ganti yang terbuka lebar.

Ia menuju kearah loker miliknya, di depan lemari besar berwarna abu-abu itu terlihat dua gadis yang sibuk mengambil alat make up di dalam sana.

"Gue pakai liptint warna ini bagus ga si?" tanya siswi berambut hitam sebahu yang dibiarkan tergerai, tak lupa bandana hello kitty warna pink yang tidak pernah absen menghiasi kepalanya.

"Bagus-bagus, kelihatan fresh," jawab siswi bertubuh gempal di depannya.

"Lo tahu ga Cha, ini hadiah dari Fandy." Devta menyodorkan liptint berwarna merah cherry di tangannya.

"Enak banget sih lo, ada yang perhatian." Chaca memantulkan bibirnya.

"Makanya lo sama Rio aja," usul Devta diikuti tertawa kecil.

"Mau jadi apa anak gue nanti?" tanya Chaca memegang perutnya yang buncit. "Lo ga lihat badan gue sama dia segede apa?"

"Gue tuh mau memperbaiki keturunan," Lanjutnya.

"Devta, Chaca!" panggil Leni, sontak membuat pandangan mereka berdua langsung tertuju kepada gadis berkaca mata yang berjalan mendekat.

"Ada apa?" tanya Devta malas.

"Kalian kenapa sih tega banget sama Hera?" tanya Leni, tergambar jelas dari raut wajahnya ada kemarahan yang ia tahn.

"Lo ngomong apa sih?" tanya Devta pura-pura tak mengerti.

"Iya nih kita ga paham maksud lo," Sahut Chaca.

"Kalian kan yang udah nyelakain Hera?" tuduh Leni menunjuk wajah kedua gadis itu.

"Mana buktinya?" tanya Devta santai.

Leni terdiam sejenak, ia berusaha mengingat apa saja yang terjadi kemarin. "Kemaren pagi, ada yang lihat kamu Cha, kamu sama Hera berjalan kearah toilet."

Bagaimana mungkin Leni bisa tahu? Siapa yang melihat nya saat itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi otak Chaca, gadis bertubuh gempal tersebut terlihat panik.

"Lo jangan asal nuduh!" sentaknya berusaha tetap tenang.

"Aku ga asal nuduh ko, tunggu aja, biarin CCTV yang bicara."

Deg!

CCTV?

Seketika kedua siswi kelas XI itu langsung celingukan kebingungan. "Gimana sih? Katanya kemaren aman?" Tanya Devta hampir berbisik ke telinga Chaca.

"Bukannya CCTV yang di depan toilet mati?" tanya Chaca.

Leni tersenyum lalu berujar, "Kalian lupa, di depan ruangan ini juga ada CCTV?"

Sial, bisa-bisa mereka dikeluarkan dari sekolah ini, cepat atau lambat rekaman itu pasti akan jatuh ke tangan Guru.

"T-tapi ga cuma kita ko," ujar Chaca gugup.

"Aku heran sama kalian, kurang baik apa Hera selama ini ke kalian berdua?" tanya gadis dengan rambut diikat satu kebelakang itu tak habis pikir.

"Bisa-bisanya kalian ngelakuin hal kriminalisasi ke orang yang jelas-jwlas sayang ke kalian!"

"Hera tuh sayang sama kalian!" tekan Leni, nada suaranya meninggi.

"Tapi kalian apa?"

"Kalian berdua bodoh!"

Catatan Abu-abu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang