43. PENGORBANAN YANG TAK TERLIHAT

91 7 0
                                    

_____🌻_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____🌻_____

Sudah empat hari lebih Hera menggenggam rasa marahnya erat-erat, bahkan tak pernah ada kata yang keluar dari mulutnya untuk Arsyad. Hingga pagi ini, hari senin di depan pintu utama SMA Harapan Juang keduanya hanya saling memandang dalam kesunyian.

Matanya melihat jelas wajah tanpa ekspresi sang lelaki yang sempat meliriknya sinis, seketika detik itu juga dadanya kembali sesak, seakan ada yang remuk disana.

Sesampainya di kelas, kedua remaja itu duduk di bangku masing-masing berusaha bersikap seolah tak ada apa-apa, Leni langsung menyambut Hera dengan senyum ceria.

"Ra, aku ada berita bagus buat kamu," ujar gadis berkaca mata bulat itu sembari menyodorkan sebuah kertas.

Hera yang kini duduk di sebelahnya pun mengambil kertas tersebut, di sana berisi informasi tentang sebuah lomba cipta dan baca puisi.

"Aku dapat itu dari anak-anak OSIS, kamu ikut ya?"

Seketika gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu itu langsung teringat sesuatu.

Gressa pasti juga ikut, batinnya dalam hati.

Melihat sahabatnya yang terdiam Leni kembali menanyakan pertanyaan yang sama, "Kamu ikut 'kan?"

Hera berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepalanya. "Engga Len."

"Loh kenapa?" Leni terperanjat.

"Biasanya kan kamu seneng kalau ada lomba melukis atau cipta puisi, tahun kemaren juga kamu menang," Heran Leni menatap cemas wajah pucat gadis berambut kecoklatan yang tergerai.

Hera tak menjawab, ia menundukkan kepalanya. Jujur ia sangat ingin mengikuti lomba tersebut, tapi semua itu harus diurungkan, Hera tak ingin menambah masalah.

Gadis itu juga takut rasa benci kakaknya terhadap dirinya akan semakin besar, semakin kesini Hera terlihat banyak mengalah, tentu demi hubungannya dengan Gressa.

"Karena ada Gressa?" tanya Leni hati-hati.

"Gressa pasti ga suka gue ikut," ujar Hera pelan, wajahnya terlihat muram.

"Hera, ko kamu jadi ga bersemangat gini?"

"Emang apa masalahnya kalau dia juga ikut?"

"Ini kan cuma perlombaan, siapapun bisa ikut," jelas Leni yang masih bingung dengan sikap sahabatnya.

"Gue ga mau jadi penghalang dia Leni," balas Hera.

"Penghalang apa Ra?" tanya Leni tak habis pikir.

Hera menoleh ke sekelilingnya, melihat kelasnya masih cukup sepi, Devta dan Chaca pun belum datang.

"Gressa menganggap gue udah rebut segalanya dari dia, gue ga mau menambah kebencian dia-" jawab Hera menggantung, bibirnya terasa berat sekali mengatakan kalimat berikutnya.

Catatan Abu-abu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang