33. KEMBALI TUMBANG

324 214 459
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

🌻

~~~~~🌻~~~~~

_______🌻_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______🌻_______

Langit tak kunjung menghentikan tangisnya, penuh rasa takut Arsyad mengantar Hera pulang, keduanya berjalan menuju teras dengan pakaian basah kuyup.

Hera memencet bel yang berada di sisi sebelah kanan pintu, tanpa menunggu lama seorang wanita tua bertubuh kurus berdaster merah itu datang dari balik pintu.

"Tuan! Non Hera udah pulang!" seru wanita berkulit keriput itu.

"Iya Bi Endah."

Selang beberapa saat Aditama datang, pria berkaca mata itu memandangi sepasang remaja yang baru saja tiba.

"Kenapa kalian basah kuyup?" tanya Aditama bernada meninggi.

"Papa." Hera menarik tangan sang Ayah kedalam rumah.

Jantung Arsyad berdetak kencang, pikirannya melayang ke mana-mana, bagaimana kalau Aditama marah besar? Konsekuensi apa yang akan ia terima setelah ini?

"Arsyad lo pulang aja!" titah Hera lalu menutup pintu.

Aditama masih tak mengerti dengan sikap putrinya yang mendadak aneh seperti ini.

"Hera, jawab Papa! Kamu kenapa bisa basah kuyup gini?"

Hera menelan ludahnya, dengan wajah memelas ia pun mulai berkata, "Tadi Hera main hujan Pa, jangan marahin Arsyad ya? Hera yang mau sendiri."

"Astaga Hera! Kamu 'kan lagi sakit sayang," ujar Aditama sangat cemas, tangannya mengusap pipi Hera yang masih basah.

"Kapan lagi Hera bisa main hujan Pa? Kan bentar lagi Hera pergi." tanya Hera dengan tatapan mata sayu, seolah tak ada harapan di dalamnya.

"Hey kamu ga boleh ngomong gitu," tegur Aditama lembut.

"Papa ga marah 'kan?" tanya gadis itu lagi penuh harap.

Catatan Abu-abu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang