51. HARI BERANTAKAN

91 7 0
                                    


Sudah hampir tiga minggu Hera tidak berangkat sekolah, senin oagibini, gadis bersyal merah itu keluar dari dalam mobil sport silver bersama dengan Cacha dan Devta yang siap memapah tubuhnya.

"Kamu yakin ga mau aku gendong aja?" Tanya Arsyad yang baru saja keluar dari pintu depan mobil.

"Gapapa Syad, aku pengen jalan aja," tolak Hera lembut.

Sementara Leni cepat-ceat meraih tas Hera dari pundak sahabatnya itu. "Biar aku bawa."

"Thanks Len."

Mereka berjalan memasuki gedung SMA Harapan Juang, namun, tepat di depan pintu utama bawah tangga terdapat banyak siswa dan siswi berkerumun, mereka melihat hape masing-masing sembari menyebut-nyebut nama Hera.

"Hancur nih nama sekolah kita," Ujar seorang siswi pada temannya.

Devta yang merasa tidak beres pun bertanya, "Ada apa sih?"

"Ini video penindasan Hera viral di instagram sekolah lain," Jawab gadis tersebut.

"What?" Devta terkejut bukan main tatkala melihat video Hera yang tengah menghajar Arsyad habis-habisan menggunakan payung, bahkan tampak beberapa siswa mengeroyok Arsyad.

"Siapa yang udah nyebarin ini?" Tanya Arsyad lantang.

Sedangkan Hera hanya mematung, ada rasa takut dalam benaknya, bahagia yang baru saja ia rasakan apa sudah harus berganti dengan air mata lagi?

Siapa yang tega menyebarkan video sialan itu? Ini bukan hanya menyangkut namanya, tapi juga tentang SMA Harapan Juang, ayahnya pasti sangat marah jika mengetahui putri kesayangannya tega berbuat seperti ini.

"Hera, kamu tenang aja ya, kita akan cari siapa yang udah nyebarin video ini," Ujar Arsyad yang berdiri di sebelah Hera.

Tak lama datang Gressa, Ana dan Ani, langkah mereka langsung dicegat oleh Devta.

"Gressa!" Seru gadis berbanding hello kitty itu.

"Apa?" Gressa menghentikan langkahnya tepat di samping Hera berdiri.

"Lo kan yang nyebarin video itu?" Tuduh Devta.

Gressa tampak kebingungan dengan sikap adik kelasnya pagi ini, agaknya ia tak mengerti apa yang Devta maksud. "Video apaan?"

"Jangan sok bego deh Gress, dari dulu juga lo ga seneng kan kalau Hera bahagia?"

"Bentar-bentar, ini yang kalian maksud apaan sih?" tanya Ana, siswi berpita pink di kedua ikat rambutnya itu berjalan menghampiri Devta.

"Nih lihat!" Cacha langsung menyambar sebuah hape milik temannya yang berisi video tadi.

"Ana, Ani, ini bukan kalian kan yang nyebarin?" Tanya Gressa curiga, sontak kedua temannya itu langsung menggelengkan kepalanya.

"Setau gue yang videoin selain kita itu Gina," Ujar Ana hati-hati.

"Anjing!" Devta memalingkan wajahnya kesal.

"Ini udah fiks Gina?" Tanya Cacha.

"Soal ini biar gue yang urus," Usul Gressa, tentu saja membuat Hera tercengang, sejak kapan kakaknya mau peduli padanya?

"Soalnya ini udah menyangkut nama sekolah kita," Lanjutnya, Gressa tak mau teman-temannya memikirkan hal lain, meski rasa benci terhadap adiknya perlahan sirna, tapi ia tak cukup nyali untuk terang-terangan membela Hera.

Tiba-tiba terdengar sebuah dering ponsel dari arah Arsyad, lelaki ittsegera mengeluarkan hapenya dari saku celana, pada layar ponsel itu tertulis jelas nama "Mama".

Catatan Abu-abu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang