Ternyata penyakit jomblo tidak hanya menyerang anak-anak muda dan remaja labil di Indonesia! Di Jepang, semakin banyak penduduknya memilih atau terpaksa menjomblo. Lho kok begitu?
Di negeri yang selalu mengumbar gambar-gambar bertema dewasa, baik nyata maupun animasi, ironisnya, kebanyakan penduduknya — terutama cowok — jarang membahas dengan serius hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas.
Survei pada tahun 2010 yang dilakukan National Institute of Population and Social Security research menemukan bahwa hampir seperempat pria lajang di Jepang tidak pernah melakukan hubungan intim.
Tentunya banyak faktor yang menyebabkan seseorang memilih menjomblo hingga umur 40-an. Kurangnya kepercayaan diri pria adalah salah satunya. Takashi Sakai (41) adalah contohnya. Sakai mengaku dirinya sangat sehat dan produktif. Dia juga memiliki penghasilan yang lumayan. Tapi sayangnya, dia tidak pernah berpacaran ataupun melakukan hubungan intim dengan wanita.
Selain itu, faktor ekonomi juga berperan dalam kehidupan cinta seseorang. Banyak pria Jepang merasa dirinya harus berperan sebagai pemberi nafkah sebelum memulai sebuah hubungan, tapi sejak krisis ekonomi 20 tahun lalu, banyak pria yang tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga menurunkan kepercayaan diri mereka.
Ketidaktahuan pria Jepang soal bagaimana membina hubungan yang sehat pun dituding sebagai faktor penyebab kejombloan. Shingo Sakatsume adalah pendiri yayasan White Hands, sebuah yayasan yang membantu pria-pria jomblo belajar soal cara membina hubungan. Menurutnya, sangat sulit mencari tempat untuk berdiskusi soal caranya memulai hubungan romantis. Dulu, saat zaman feudal, terdapat norma-norma sosial ketat yang membentuk pria untuk hidup sosial. Kini, semuanya diserahkan pada individu, yang tentunya membingungkan.
Keadaan ini cukup mengkhawatirkan, mengingat Jepang sedang mengalami krisis penduduk. Generasi tua bertambah terus, tapi generasi muda tidak bereproduksi secepat generasi tua menua.