Menjadi perokok di Jepang sebenarnya tidak sulit. Secara moral dan etika sebenarnya sah-sah saja merokok di sini. Bahkan menancapkan sumpit di sepiring nasi bisa dibilang lebih amoral daripada merokok di tempat umum. Jika anda kehabisan rokok di jalan pun banyak tersebar vending machine yang menyediakannya. Rokok di sini adalah barang konsumsi biasa, dan bukanlah hal yang bejat hingga harus diberi gambar-gambar paru-paru terbelah atau tenggorokan bolong.
Ada beberapa perbedaan budaya merokok antara Jepang dan Indonesia. Ini yang sebenarnya penting untuk dipahami jika ingin merokok di sini.
Hal paling utama yang harus anda perhatikan adalah tempat merokok. Tidak adanya tanda no smoking bukan berarti anda boleh merokok. Sebaliknya, anda harus mencari tanda smoking area untuk merokok. Secara hukum, anda hanya boleh merokok di tempat yang bertanda smoking area. Namun tenang, hampir semua tempat umum di Jepang menyediakan area khusus merokok. Ini mungkin yang harus kita perjuangkan di Indonesia. Sah-sah saja melarang kami untuk merokok sembarangan, tapi hormatilah hak kami dengan menyediakan tempat merokok yang pantas.
Hal kedua soal harga, sebungkus rokok di Jepang rata-rata dibandrol 400-an yen, atau sekitar 45.000 rupiah. Hampir semua varian Marlboro, entah beli di kantin kampus, vending machine, atau Seven Eleven, harganya 460 yen. Rokok termurah yang pernah saya beli di sini bermerek Wakaba dan Echo seharga 260 yen. Rasanya sumpah, benar-benar gak enak. Saya sempat mual-mual gara-gara mengisap tiga batang Wakaba. Daripada sok idealis dengan berprinsip “murah tidak apa asal bisa merokok”, lebih baik menabung saja untuk beli Marlboro.
Hal ketiga, tidak adanya kretek. Rokok kretek sangat jarang dijual di Jepang. Namun jika anda beruntung, anda mungkin bisa menemukan beberapa varian kretek di kota-kota besar seperti Tokyo atau Osaka. Teman saya pernah mengisap salah satu varian Djarum yang dijual di Jepang dan bermerk dagang “Djarum Bali Hai”. Jadi sebenarnya kretek tetap ada, namun mungkin pemerintah Jepang membatasi konsumsi kretek di sini, sehingga sulit untuk ditemukan. Motifnya saya tidak tahu, namun mungkin karena kandungan tar dan nikotin yang kelewat tinggi pada rokok kretek. Kalau anda tidak doyan putihan, silakan bawa kretek dari Indonesia.
Kretek bukanlah hal yang lumrah di sini, jadi isaplah dengan bijak. Masyarakat Jepang tidak terbiasa dengan kretek, baik itu aromanya maupun kandungan tar dan nikotinnya. Saya pernah mengisap Djarum Super di salah satu smoking area di kampus, seketika banyak mahasiswa lain menutup hidung mereka dan memilih untuk pergi karena tidak tahan dengan aroma kretek. Boleh saja menawarkan kretek ke orang Jepang, namun jangan tersinggung kalau setelah satu isap mereka mematikan kreteknya. Bagi orang Jepang, 1 mg nikotin itu sudah termasuk rokok berat, karena mereka tidak terbiasa dengan kandungan tar dan nikotin yang tinggi.Hal keempat adalah ragam varian rokok yang dijual. Karena masyarakat Jepang tidak mengonsumsi kretek, mereka memodifikasi rokok sedemikian rupa sehingga memiliki berbagai macam rasa. Marlboro saja mempunyai lebih dari sepuluh varian di sini, mulai dari Marlboro Red, Marlboro Red Medium, Marlboro Ice Blast, Marlboro Ice Blast Mega 5, Marlboro W-Burst Amber 5, Marlboro Dry 8, Marlboro IQOS, dan lain-lain. Jika anda penggemar rasa-rasa, anda bisa mencobanya satu-satu. Sering juga rokok-rokok aneka rasa ini dijadikan oleh-oleh untuk dibagikan pada teman-teman di tanah air.
Hal kelima adalah cara membeli rokok. Di convenience store macam Seven Eleven atau Lawson, anda akan menemukan rak rokok yang sangat besar dan membingungkan karena saking banyaknya varian rokok yang dijual. Jangan menyebut merek pada petugas kasir, karena mbak-mbak kasir tidak akan hafal beratus merek rokok. Di setiap rak terdapat nomor, sebut saja nomor berapa rokok pilihan anda sehingga petugas kasir akan mengambilkannya untuk anda.
Ini lumrah dan memudahkan petugas kasir untuk mengetahui rokok yang ingin anda beli. Anda juga tidak perlu menunjukkan identitas untuk membeli rokok kecuali anda terlihat belum cukup umur di mata petugas kasir. Namun anda perlu memencet tombol khusus di layar mesin kasir untuk mengonfirmasi anda cukup umur dan siap menanggung segala konsekuensi dari konsumsi rokok anda.Untuk membeli rokok di vending machine, anda hanya perlu memasukkan koin seharga rokok yang anda pilih, kemudian memencet tombol rokok pilihan anda. Namun anda perlu kartu “Taspo” untuk mengaktifkan vending machine. Kartu ini berfungsi untuk mengonfirmasi apakah umur anda cukup untuk membeli rokok dan bir via vending machine. Taspo dikeluarkan oleh pemerintah Jepang dan anda dapat mendaftar Taspo secara online. Perlu dicatat bahwa beberapa vending machine akan berhenti beroperasi pada pukul sepuluh malam.
Sangat menarik bagi penikmat rokok untuk mengetahui bagaimana budaya rokok di negara lain. Pada akhirnya, banyak pelajaran yang bisa kita ambil untuk membenahi peraturan merokok di Indonesia, dan juga membenahi diri sendiri untuk lebih bijak dalam merokok.
Kitsuenjo (Area Merokok)