Ama ~ Wanita Penyelam Dari Prefektur Mie, Jepang

705 15 3
                                    

Prefektur Mie merupakan salah satu prefektur di Jepang yang letaknya berdekatan dengan Nagoya, Osaka dan Kyoto. Kalau kamu dari Tokyo, untuk ke Mie kamu harus naik bus atau kereta kurang lebih 6-8 jam. Atau jika kamu mau langsung dari Bandara Internasional Chubu, kamu bisa menggunakan kapal laut yang jaraknya hanya 40 menit menuju Kota Toba di Mie.

Prefektur Mie menyajikan berbagai macam wisata, mulai dari yang modern seperti sirkuit mobil balap F1 di Suzuka, wisata religi di Kuil Ise Jingū yang terkenal, wisata alam dan kebun bunga di Hokusei, sampai dengan wisata budayanya yang unik di salah satu semenanjung Mie.

Tahukah kamu kalau ternyata di Jepang juga ada daerah bernama Toba? Tidak hanya nama yang sama, tapi ternyata Toba di jepang juga masih berhubungan dengan air lho.. Tetapi bukan danau, melainkan lautan. Toba, itulah nama sebuah kota di semenanjung prefektur Mie.

Kamu harus tahu dan lihat sendiri wisata budaya yang menarik dari Toba dan hanya di Toba-nya Prefektur Mie itulah terdapat para penyelam wanita yang disebut dengan "Ama". Penyelam ama (海女, "Wanita Penyelam", atau lebih harfiah "Wanita Laut") merupakan sebuah profesi yang sudah dilakukan sejak lama, bahkan tercatat dalam sejarah yaitu pada sebuah literatur di abad ke-7. Namun saat ini hanya berada di wilayah Mie, Iwate dan Prefektur Ishikawa saja.

Baik laki-laki (juga disebut ama, tapi tulisannya menjadi 海士, yang berarti "master laut") dan perempuan di pinggiran kota Toba dan Shima di Prefektur Mie hidup dan berprofesi sebagai penyelam. Sehingga prefektur Mie sering dikatakan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya budaya "ama".

Para ama ini sangat akrab dengan laut dan menganggap laut sebagai taman bermain mereka. Dari masa kanak-kanak di mana mereka belajar untuk berenang dan menyelam dengan cara alami sampai dewasa tempat mereka hidup demi mencari sesuap nasi. Laut adalah tempat hidup dan bertumbuh para ama.

Salah satu yang banyak ditangkap oleh para penyelam ama adalah kerang pauhi. Sampai saat ini, Toba adalah tempat yang memproduksi kerang pauhi yang digunakan dalam ritual penting dewa Shinto di Ise Jingū, yang letaknya tak jauh dari Toba.

Namun jangan salah, meskipun ini adalah budaya yang terus lestari, ama tidak menyelam setiap hari sepanjang tahun. Ada aturan ketat ketika mengikuti ama menyelam, seperti membatasi musim menyelam dan jumlah tangkapan (misalnya kerang, mutiara, lobster, rumput laut), dilarang untuk mengambil atau menangkap dengan gegabah sebagai upaya mempertahankan sumber daya laut. Jadi meskipun mereka mengambil sumber daya alam dari laut, para ama ini juga tetap menjaga kelestarian dari laut itu sendiri. Inilah salah satu cara ama untuk menghormati alam, khususnya laut.

Laut lepas yang biru, dengan pemandangan hijau sekeliling yang indah dan barisan rumah penduduk yang tertata rapi di pinggir pantai adalah keindahan yang disajikan Mie bagi para pengunjungnya. Sembari menikmati alam, pengalaman melihat para ama menyelam lama tanpa dilengkapi alat-alat selam ini merupakan salah satu pengalaman berharga di Mie.

Dalam beberapa tahun terakhir, amagoya (海女小屋), pondok untuk beristirahat para penyelam ama, telah dibuka untuk umum dan melayani pengunjung yang ingin mencicipi seafood panggangnya. Menikmati makanan laut segar yang dibuat oleh ama sambil mendengarkan cerita-ceritanya harus masuk ke daftar perjalananmu, nih!

 Menikmati makanan laut segar yang dibuat oleh ama sambil mendengarkan cerita-ceritanya harus masuk ke daftar perjalananmu, nih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nihon... Ai Shi Te Ru...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang