🚫BACA DI JAMIN PENASARAN YANG BERKELANJUTAN...
•Pintar.
•Dingin, cuek.
•Ketua osis.
•Di gemari banyak wanita.
Dia Arson Putra Razendra
Gimana jadinya nanti, ketika dia mempunyai seorang kekasih yang ribet! Di mana dan kapan pun selalu berurusan de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sinilah Arson berada disebuah ruangan dengan nuansa elegan, tempat ini yang dulu dijadikan papanya untuk bekerja dari pagi hingga larut malam. Sekarang sebelum ia yang menempati tempat ini, omnya lah yang terlebih dahulu dipercaya papanya untuk memegang kendali perusahaan.
"Apa rencana om?"
"Seperti yang om pernah bilang ke kamu, gak mungkin kamu lupa gitu aja kan?"
Arson mengalihkan wajahnya, ia sudah duga rencana omnya ini masih sama. "Aku udah bilang om, cari cara lain."
"Apa salahnya Arson! Gadis itu sudah menjadi pacar kamu bukan? Jadi om yakin Dion menerima kamu untuk bekerja sama dengan dia, ini demi perusahaan papa kamu. Perusahaan ini butuh dana besar untuk kedepannya."
"Tapi, apa harus bawa-bawa orang lain kedalam hal ini, cari kolega lain jangan ayah dari pacar aku!" ucap Arson menolak tegas.
"Kita aja belum tau siapa yang udah mencuri dana perusahaan sampai 20 miliar, kalau sampe om Dion tau kita cuman manfaatin dia. Arson yakin dia bakal kecewa sama aku om."
"Bukankah emang itu rencananya, memanfaatkan seseorang demi segala hal. Kamu cerdas Arson, jadi om tidak perlu menjelaskan semuanya lagi," ujar Fando terlihat tersenyum kecil.
Arson menggelang. "Om mau ngerusak hubungan aku sama Killa?" tuduh Arson mengintimidasi.
"Bukan seperti itu Ar, kamu jangan salah paham."
"Oke! Aku paham, biar Arson yang selidiki dulu orang yang ngambil dana perusahaan. Aku gak perlu bantuan om!" ucap Arson langsung bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan tanpa memperdulikan teriakan omnya yang terus memanggil.
"Anak itu susah sekali dibujuk!" gumam Fando geram.
°°°°°°
"Ar, are you okey?"
Arson mengangguk pelan lalu berdehem. "Gak apa-apa."
"Gue temen lo kan, coba cerita."
"Aman kok, udah yuk. Kita harus ngurus buat pemilihan ketua osis baru," ucap Arson bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar rooftop.
"Tuh anak, gitu mulu. Dari dulu gak berubah, ada apa-apa selalu ditutupin!" tutur Leon yang sangat amat mengetahui sifat Arson.
Arson menuruni anak tangga, setelah ia baru saja turun dari rooftop.
"Dasar osis-osis gak bener semua! Nyeleksinya gimana sih waktu itu. Seharusnya dulu gue keterima jadi osis pasti langsung sejahtera nih sekolah."
Arson mendengar suara yang sangat amat ia kenali, seseorang yang sedang menggerutu tidak jelas sambil mencak-mencak kesal.