0: SITUASI ASING

492 34 2
                                    

Savina sembunyi di balik pintu. Dia kaget gara-gara di luar kok ramai orang teriak-teriak. Waktu dia mengintip ke luar, orang-orang pada lari-larian sambil ketakutan. Dalam hatinya bertanya-tanya, ini orang-orang kenapa sih? Kok kelihatan kacau gini.

Savina beralih ke handphone-nya yang berbunyi. Nama sahabatnya, Ayris, terpampang di layar handphone. Gak pakai lama, dia langsung angkat telepon itu.

"Vin, dimana?" tanya Ayris dari seberang sana.

Bukannya menjawab Savina malah balik tanya, "Ay, ini sebenarnya ada apa? Kenapa kelihatan chaos banget, pada lari-larian sambil teriak-teriak gini. Gue sama si resek Alpin di sekre lagi simulasi sempro jadi keganggu."

Alvin yang tadi anteng mantengin kondisi di luar sekre, reflek mendekat ke Savina. "Itu Mbak Ayris, Mbak?" tanyanya sambil memasang wajah panik.

Savina gak jawab apa-apa. Cuma menempelkan telunjuk kanannya ke bibir dan nyuruh Alvin buat diam dulu. Yaudah Alvin nurut sambil mantengin Savina.

"Diam disitu!" seru Ayris. "Kunci sekre, jangan kemana-mana!" lanjut cewek itu.

Savina masih bertanya-tanya. "Ada apa sih, Ay? Lo jangan bikin gue takut gini!"

"Dengerin kata gue. Jangan buka pintu kecuali gue minta lo buka. Alat archery lo gue bawa." Detik selanjutnya sambungan terputus.

Savina mengerutkan kening. Masih BINGUNG MAMPUS sama apa yang diomongin Ayris tadi. Mana suara teriakan di luar semakin membuat dia BINGUNG lagi. Terus Alvin juga malah banyak tanya, membuatnya makin pusing gak karuan.

Lagi-lagi pandangan Savina beralih ke handphone-nya. Sebuah telepon kembali masuk. Kali ini nama Papa yang muncul di layar.

"Papa selama ini sudah mengajarkan Savina bela diri, dasar hidup di alam bebas, dan panahan kan, Nak? Sekarang waktunya semua ilmu yang Savina punya dipakai ya," ucap Papa TANPA BASA-BASI.

ANJIR. APA NIH MAKSUDNYA?????

"Pa, Savina gak paham. Ini tuh sebenarnya ada apa? Ayris suruh Savina diam di sekre. Terus orang-orang di luar pada lari jerit-jeritan kayak gitu."

Terdengar hembusan napas yang gak beraturan dari seberang sana. "Ada yang datang, Sayang. Makhluk yang seharusnya tidak kita ganggu," jawab Papa. "Sementara Savina tetap di kampus sampai Papa jemput ya."

"Loh, bukannya Papa masih dinas? Gak jadi dinas apa gimana?"

"Ini Papa sedang berdinas, Nak. Untuk menyelamatkan orang-orang dan anak papa dari makhluk itu. Nanti Papa kabarin lagi ya."

SAVINA MAKIN GAK PAHAM.

Tapi belom sempat cewek itu balas, Papa udah ngomong lagi tepat sebelum mematikan sambungan mereka.

"Jaga diri ya, Putri Papa. Papa sayang Savina."

Sambungan terputus.

Setelah mendapatkan telepon dari Papa, Savina langsung terduduk pasrah di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil. Dia gak tau harus melakukan apa selain diam mendengarkan Alvin yang daritadi malah REWEL dan PANIK. Pikiran sama badannya tiba-tiba nge-freeze total.

Duh gusti, kayaknya Savina bakal mati disini dah.

"Anjing!" Alvin reflek loncat. Dia yang awalnya mengintip dari jendela sekre yang buram langsung menjauh lalu menghampiri katingnya yang masih diam gak berkutik.

"Gue lihat orang berdarah-darah anjing, Mbak. Nabrak kaca sekre kita. COK ADA APA INI??? Zombie collaps kah??? Train to Busan??? APA-APAAN INI ANJING!!"

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang