35: TIDAK ADA YANG MUDAH

112 23 1
                                    

Raka, Yudha, Arjuna, Savina, Amanda, dan Daisy mulai gerak ke utara. Rencananya mereka bakal mampir bentar ke Fakultas Ilmu Budaya buat taruh peledak sebentar baru nyebrang ke Auditorium.

Sebelum mereka jalan, Tim Avenger ngabarin kalau mereka udah sampai di Menwa buat jemput Ayris dan Vero. Karena tinggal nyebrang, jadi monster yang mereka hadapi gak terlalu banyak. Mereka bisa mengalahkan monster dengan mudah.

Ya gak mudah banget sih. Tapi masih easy lah bagi mereka. Toh monster yang mereka temui masih monster yang sama kayak sebelum-sebelumnya. Belum ada yang baru lagi.

Setelah Reza dan yang lain sampai Menwa, baru tuh yang di Vokasi mulai gerak. Seperti rencana sebelumnya, mereka yang bakal cek keadaan Auditorium.

Masih pakai cara pertama, mereka memilih buat gerak dan sembunyi. Gak kayak tim sebelah yang malah nantingin monster. Raka sama Yudha mikir kalau cara pertama mereka lebih efektif biar gak buang-buang amunisi.

Mereka kaget mampus begitu lihat monster yang berkepala ikan dan matanya sangat lebar. Gigi-gigi monster tersebut jarang tapi panjang dan runcing. Wajahnya serem banget sumpah.

Arjuna bilang monster itu mirip Fangtooth, ikan yang hidup di 4700 meter di bawah permukaan laut. Katanya hati-hati sama giginya. Tajemnya melebihi pedang yang Amanda bawa.

Terus gimana cara ngalahinnya?

"Ya tembak aja, dia bahaya tapi gak susah buat matiinnya."

Masalah monster bentuk baru teratasi. Mereka berhasil ke area gedung FIB buat taruh peledak di dalam gedung.

Raka sama Amanda bertugas buat naruh peledak itu di lantai satu dekat lobi FIB. Sisanya nunggu di gedung paling selatan sambil mengamati sekitar.

Savina membeku di tempat begitu lihat sekumpulan monster dari balik jendela gedung. Kumpulan monster itu ada di pertigaan dan menutup akses mereka buat ke Auditorium.

"Juna..." panggil Savina. "Itu apa?"

Arjuna mendekat. Matanya ikut melebar begitu tau monster berwarna merah berkumpul menutup jalan mereka ke Auditorium. Sepemahaman Arjuna, monster itu sangat berbahaya.

Ada sekelompok monster mirip ubur-ubur tapi warnanya merah mencolok dan bentuknya kek lonceng menuhin pertigaan jalan di depan FIB. Mau gak mau mereka harus lewatin jalan itu biar bisa sampai Auditorium.

"Mereka Atolla Jellyfish. Sengatannya beracun. Gak ada cara lain selain ngehindari mereka. Kita gak mungkin lawan mereka dalam jumlah yang banyak gini," kata Arjuna.

Yudha, Vera, dan Daisy ikutan memandang keluar jendela. Wajah mereka sama-sama pucat pas lihat pemandangan di balik jendela gedung.

"Terus cara kita ngelewatin mereka gimana?" tanya Vera. Matanya masih gak berpaling dari sekelompok ubur-ubur merah itu.

Arjuna menggeleng. Dia juga gak tau gimana cara buat membunuh monster itu. Mereka itu pintar dan gesit. Dia gak nemu kelemahannya. Bakal susah banget dilawan.

Sambil nunggu Amanda sama Raka balik, mereka berdiskusi.

Semua referensi udah mereka telusuri. Tapi gak ada satu pun yang mereka temukan. Sampai Raka sama Amanda usah balik pun mereka masih gak bisa menemukan solusi kecuali dengan menghindar.

"Satu-satunya cara ya kita jalan ke utara dulu baru ke area rektorat," ucap Raka.

"Gak jadi ketemuan di Auditorium dong?" tanya Vera.

Arjuna ngangguk. "Gak ada cara lagi."

"Tapi ada resiko lain. Sebelah utara kita pepohonan semua. Bakal banyak monster disana yang bentuknya makin banyak. Dan kita gak punya banyak tempat berlindung." Perkataan Yudha itu disetujui oleh beberapa dari mereka.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang