48: KAPTEN NUGRAHA

115 28 12
                                    

Udah satu jam mereka di LPPMP tapi belum ada kabar dari Dimas maupun Papa. Kalau gak salah, jarak antara camp penampungan sementara ke kampus tuh lumayan jauh. Hal itu juga yang menjadi alasan kenapa mereka baru dijemput hari ini. Belum lagi kalau di jalan ada monster yang menghadang.

Setelah makan, banyak dari mereka yang memilih tidur. Gak sedikit juga yang masih melamun dan merasa belum baikan. Butuh waktu lama bagi mereka untuk menerima kepergian Yudha terutama orang-orang terdekatnya.

Sekarang yang menyembuhkan Bulan dari traumanya adalah Farel. Masih mencoba sih karena dia sendiri gak tau cara yang benar seperti apa. Selama yang dia lihat dari Yudha, yang penting jangan memaksa dan jadikan diri kita sebagai tempat ternyaman.

Farel coba menerapkan itu. Yang bisa dia lakukan saat ini ya menemani Bulan dan mengajak cewek itu berbicara hal-hal ringan sampai kondisi Bulan membaik.

"Pertama kali ketemu dan menyentuh cadaver, aku muntah. Habis itu dimarahin Papa katanya gak sopan sama guru besar," cerita Farel. Dia jadi ingat masa-masa belajar anatomi bersama cadaver—mayat yang diawetkan sebagai media belajar mahasiswa kedokteran.

"Guru besar?"

Farel mengangguk. "Cadaver itu mayat manusia yang diawetkan. Dia guru besar para calon dokter, Lan. Kita gak akan bisa memahami tentang bagian tubuh manusia dengan baik kalau gak ada mereka. Bahkan buku, video, dan torso pun kurang menjelaskan dengan detail perihal anatomi. Kita juga harus melihat secara langsung bentuk nyatanya seperti apa dari anatomi tubuh kita supaya lebih jelas."

Dia jadi ingat ada yang bilang kedokteran gak perlu kuliah, bisa belajar sendiri dari Youtube.

Gila apa ya?

Bulan anteng mendengarkan. Farel dimatanya keren deh. Cerita Farel selalu seru dan membuat dirinya terkesima. Jadi gak sabar lihat Farel pakai jas putih di kemudian hari.

Pasti keren.

Beralih ke Vera yang lagi duduk berdua sama Erlan. Semenjak kematian Yudha, Erlan jadi lebih sering menemani Vera. Tadi aja mereka makan bersama padahal sebelumnya Vera selalu sama Wisnu, Alvin, dan Caca, sementara Erlan kadang gabung sama mereka, kadang sama Savina dan Ayris.

Mereka saat ini lagi berbicara tentang masa depan. Rencana-rencana apa yang akan mereka lakukan setelah kejadian ini berakhir.

"Pastinya gue balik kuliah, Mas," ucap Vera. "Mungkin di transfer ke kampus lain atau gimana juga gue gak paham. Lihat besok gimana lah. Gue pusing mikirinnya."

Erlan paham sih. Kejadian ini benar-benar menghancurkan banyak rencana yang udah dibuat. Dia yang mau bikin exhibition kecil-kecilan setelah lulus aja gak jadi karena lukisannya hancur lebur. Kayaknya rencana keliling dunia buat cari inspirasi lukisan buat next exhibition-nya bakal ditunda dulu, mengingat kondisi mereka yang masih belum pasti kedepannya kayak gimana.

"Paling gue buka bisnis kecil-kecilan di bidang seni atau jadi konten kreator kayak Erika Pelukis," jawab Erlan pas Vera gantian bertanya rencananya.

Seru juga kali yak jadi konten kreator dengan nama 'Erlan Pelukis'.

Vera ketawa. Dia gak bisa bayangin Erlan jadi konten kreator kayak konten kreator seni lukis yang sering dia lihat di TikTok. Lukisan Erlan emang bagus. Bagus banget malah. Tapi Erlan bukan orang yang serius. Bukannya nge-influence orang supaya orang-orang terinspirasi atau mengikuti jejak baiknya, yang ada itu cowok menebar KESESATAN.

"Lo gak cocok jadi konten kreator!"

Erlan gak terima. Dia protes kenapa dibilang gak cocok padahal wajahnya GANTENG—Savina mengakui itu. Pasti banyak yang nonton.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang