44: ONE STEP CLOSER

122 25 8
                                    

"I'll be there. See you soon, Son."

Danish baru aja menghubungi ayahnya untuk memberi kabar bahwa mereka segera dijemput. Tadi ayahnya Savina dan pacarnya Amanda udah ngabarin kalau mereka beserta beberapa pasukan berseragam yang lain udah dalam perjalanan menuju kampus mereka. Mungkin sekitar jam empat-paling lama jam lima-mobil-mobil tersebut akan sampai di.LPPMP.

"Vin, dapat salam dari Dad." Danish bergabung dengan Savina yang lagi ngobrol random. "Mr. Adhitama wanna meet you and your dad."

"Beliau jadi jemput?" tanya Savina.

Danish ngangguk. "Beberapa hari kemudian. Tergantung izinnya udah turun apa belum."

FYI, ayahnya Danish berteman dengan Papa. Beberapa kali mereka sering hang out bersama untuk sekedar ngopi ganteng setelag urusan pekerjaan masing-masing selesai. Mereka bisa berteman tidak lain tidak bukan karena anak mereka berteman. Selain itu juga Papa emang suka bersosialisasi sih. Prinsip beliau adalah menjalin relasi sebanyak mungkin.

Papa juga menganggap teman-teman Savina yang pernah main ke rumah adalah anak-anak beliau. Gak cukup disitu, beliau juga ingin berteman dengan para orang tua dan saudara-saudara mereka.

Hubungan Papa sama kedua orang tua Ayris sih gak perlu ditanyakan lagi. Bahkan duda anak satu itu akrab sama kedua kakaknya Ayris, Erwin dan Farhan. Setiap kali ke rumah, suasana jadi ramai dan rusuh.

Bapak-bapak yang umurnya udah hampir 50 tahun itu sering diajak main PS sama dua orang berusia dua puluh tujuh dan dua puluh empat tahun itu. Lu bayangin aja gimana hebohnya rumah kalau Erwin dan Farhan berkunjung. Mana Farhan tuh berisikkkk banget bikin Ayris harus getok kepala kakak keduanya kalau dirasa suara laki-laki itu terlalu memekikan telinga.

Gak cuma Danish sama Ayris, Yudha pun sama. Cowok itu mah udah another level. Beneran dianggap layaknya anak kandung sekaligus menantu.

Waktu masih pacaran dulu, Papa sering ngajakin Yudha ke rumah buat main catur. Kadang mereka ngobrolin tentang kuliah Yudha. Bahkan pernah bikin kue bolu berdua meskipun GAGAL TOTAL.

Erlan tuh malah kayak bestie-nya Papa. Semua celetukannya yang jarang terdengar justru buat Papa ketawa sampai nangis. Mereka beberapa kali ke markas Papa buat sekedar olahraga menembak.

Savina gak habis pikir deh sama Papa yang suka berteman dan bersosialisasi sama orang-orang. Kok energinya gak pernah habis gitu loh.

Tapi kalau Savina protes tentang hal itu paling Papa cuma jawab, "Nak, umur Papa boleh tua. Tapi jiwa Papa gak kalah muda dari Savina."

Yowes lah karepmu, Pak. Dia gak mau protes lagi karena kalau dipikir-pikir kasihan juga Papa. Beliau selalu sibuk ngurus negara dan ngurus anaknya. Paling gak dengan bersosialisasi dengan banyak orang membuat Papa jadi gak kesepian.

Savina tau pasti Papa sering kesepian apalagi Savina sibuk sama urusan pribadinya.

Ah seandainya Papa mau menikah lagi.

Lagian habis ini Papa makin banyak temannya. Nanti malam Raka, Arjuna, Reza, Farel, Bulan, Vera, Vero, Wisnu, Amanda, dan Caca pasti resmi jadi anak angkatnya Papa.

Disisi lain ada Dai yang baru kelar telepon ibunya. Dia minta ibu dan ayahnya buat bantu mereka disini untuk dipulangkan ke rumah masing-masing kalau sekiranya gak berbahaya. Dia juga minta biar mereka dekat sama keluarga mereka.

"Nanti Mama dan Papa usahakan. Minta tolong kirim nama dan asalnya ya, Dai. Agar bisa Mama dan Papa urus secepatnya."

Beruntungnya ayah Dai seorang pejabat yang punya power kuat. Tapi bukan berarti Dai menyalahgunakan kekuasaan ayahnya loh ya. Dia cuma mau bantu sedikit supaya mereka bisa dipermudahkan pulang dan menemui keluarga mereka.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang