23: AWAL YANG BARU

115 21 1
                                    

Jam lima semua orang udah bangun dan bersiap diri. Yang kebagian jaga shift ketiga udah mandi saat yang lain masih tidur.

Caca marah ke semua orang. Dia sedih banget gak ada yang bangunin buat ikutan jaga. Padahal kan dia mau berkontribusi langsung buat tim ya. Selama ini dia merasa cuma jadi beban doang.

"Aku kan juga mau dengerin ceritanya Mbak Savina sama Mas Yudha, Kak Danish," kata Caca protes. "Kok malah gak dibangunin sih!"

"Maaf ya, kita tadi lupa bangunin," ucap Danish beralasan. Tapi Caca masih gak terima.

Erlan juga kena marah Caca soalnya dia kemarin udah janji bakal menceritakan kisah Yudha sama Savina.

"Nanti gue ceritain, Ca. Gue udah dengar dari sumbernya langsung." Wisnu mencoba menenangkan Caca. "Mending lo mandi dulu terus kita makan."

Setelah dibujuk beberapa kali, akhirnya Caca nurut deh apa kata Wisnu. Dia bukannya nurut sama Wisnu sih, tapi karena mau segera makan. Perutnya kalau bangun tidur gini emang suka lapar.

Satu jam berlalu. Danish, Raka, Yudha, Ayris, Savina, Reza, Erlan, Farel, dan Amanda sibuk berdiskusi unyuk menyusun strategi selanjutnya.

Sekarang jumlah anggota ada tujuh belas. Semakin banyak orang, demakin banyak juga nyawa yang dipertaruhkan. Meskipun peluang membunuh monster juga semakin besar.

Sisanya masih mandi, makan, BAHKAN Arjuna TIDUR LAGI.

Buset dah ini orang.

"Kita skip FK sama MIPA. Habis perpus lanjut ke UPT Bahasa baru kita nyebrang ke Teknik," kata Danish. Tangannya sambil mencoret-coret di atas kertas.

Amanda gak setuju. "Kenapa harus dilewatin?"

"Aku udah lewat sana dan gak ada orang yang masih selamat," jawab Savina. Tapi Amanda tetap gak setuju dengan alasan siapa tau kelewatan. Kan mereka tadi fokusnya bukan cari orang, tapi meyelamatkan diri sendiri.

DIH?????

"Gak bakal efektif. Lo mau bunuh berapa orang lagi?" Raka mulai emosi.

"Well, bukan gue yang bunuh mereka."

Demi Tuhan rasanya Erlan mau pergi dari sana dan nongkrong aja di toilet. Dia malas melihat perdebatan ini.

Reza berbisik ke Amanda, "Man, lo harus kasih tau mereka sekarang. Daripada salah paham terus."

Amanda menggelengkan kepala. "Belum saatnya. Gue gak mau ingkar janji ke Dimas."

Savina menghela napas. Ada lagi kan masalah yang mereka hadapin. Gak cukup masalah sama monster, tapi juga manusia yang sifatnya bermacam-macam.

"Lu sendiri aja sono dah. Gue muak asli," celetuk Vera.

"Ketentuannya masih sama. Kalian gak boleh bawa senjata itu."

Danish berusaha bernegosiasi. Dia bilang akan menurutin kata Amanda TAPI mereka gak mencari dari lantai bawah sampai lantai atas. Cuma setengahnya aja. Toh Yudha dan Dai dari lantai atas masing-masing fakultas kan. Dan mereka sempat menyelusuri satu per satu-untuk bersembunyi atau mencari senjata. Jadi mereka hanya menyelusuri di lantai satu atau dua aja dan di gedung utama yang kemungkinan banyak orang.

Akhirnya Amanda setuju. Mereka sepakat mampir ke FK dan FMIPA lagi dengan syarat hanya di gedung utama lantai satu atau dua.

Pembagian tugas dimulai. Raka yang akan memimpin di depan, sementara Danish di belakang karena posisi di belakang yang paling berbahaya. Danish gak mau anggotanya kenapa-kenapa.

Vero menemani Danish di belakang, sementara Ayris di depan. Sisanya bebas mau diurutan berapa aja.

"Biar cepat dibagi dua atau tiga. Sampai gedung langsung mencar," saran Raka. Banyak yang setuju dengan usulannya. Supaya lebih efisien dan gak banyak waktu maupun tenaga yang kebuang.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang