32: DUNIA TEMPATNYA BELAJAR 1

128 21 3
                                    

Setelah berdiskusi, mereka memutuskan bertemu di Auditoriun—terletak di sebelah utara Menwa, di tengah kampus tepat di belakang Gedung Rektorat. Raka, Vera, Amanda, dan Arjuna ke Gedung Vokasi untuk menemui Yudha dan lainnya. Baru setelah itu mereka ke Auditorium bersama-sama.

Lalu untuk tim Avenger di FISIP menemui Danish, Farel, Bulan, dan Arum di Agroteknologi—terletak di depan FISIP dan di sebelah kanan LPPH. Setelah berkumpul di Agroteknologi, mereka berangkat ke Auditorium.

Kalau Ayris dan Vero langsung ke Auditorium karena mereka tinggal menyebrang kesana. Tapi nanti menunggu yang lainnya sampai terlebih dahulu.

Savina bangun setelah sekitar dua jam tertidur. Dia bergantian dengan Yudha untuk berjaga.

Tadi Yudha sempat menolak. Dia baru mau tidur setelah Savina paksa. Bagaimanapun mereka harus tidur cukup supaya tubuh mereka dalam kondisi yang cukup baik.

Saat ini Savina sedang menelepon Alvin yang kebetulan baru bangun juga. Dia menanyakan kabar dan kondisi adik kelasnya itu. Gak hanya itu, Savina juga mengecek anak panah Alvin. Sekiranya kalau habis, bisa ganti dengan senjata yang lainnya.

"Caca cewek sendirian disana, dijaga loh, Pin," pesan Savina.

"Iya, Mbak. Caca mah gak kayak cewek."

"Tetap aja dia cewek. Awas loh ya, anak orang itu. Dijaga yang benar."

Alvin iya-iya aja udah. Emang dalam kondisi seperti ini dia mau dan bisa apa sih?? Main petak umpat aja gak bisa.

Savina juga berpesan ke Alvin untuk menjaga diri. Jangan sampai luka atau bahkan mati.

"Masih ada makanan kan?"

"Masih."

"Nanti kabarin kalau mau jalan ke Agrotek ya."

"Iya, Mbak. Tenang."

Savina gak akan bisa tenang. Posisinya dia gak bisa mengawasi Alvin langsung seperti sebelum-sebelumnya.

"Lo ingat kaca yang kita bawa dari sekre kan? Masih lo bawa?" tanya Savina.

"Masih, Mbak. Emang buat apa sih ini?"

"Dipakai buat halangin pandangan lawan pakai pantulan cahaya matahari. Kalau kepepet dan gak bisa nyerang, bisa pakai cara itu. Tapi cuma bisa diluar ruangan pas siang hari."

Oalah. Kenapa kakak tingkatnya itu kepikiran sampai sana deh. Alvin kira itu kaca buat spion yang dibilang Savina di hari pertama mereka berdua gerak. Ternyata ada fungsi lain toh.

"Mbak lo tau gak?" tanya Alvin tiba-tiba.

Ape nih???

"Di tas lo udah gue masukin tamiya yang ada lampu dan suaranya. Kayak yang kita pakai di teknik kemarin itu."

"Oh ya??"

Savina segera mengecek isi tasnya di semua bagian. Ternyata Alvin menaruh tamiya tersebut di resleting kedua di tempat Savina barang-barang yang jarang dibutuhkan.

"Dipakai ya Mbak kalau monsternya terlalu banyak dan gak sanggup lo lawan." Kali ini Alvin yang berpesan ke Savina.

Senyum Savina mengembang. Dia bangga deh sama Alvin. Inisiatif Alvin selalu membuat Savina senang. Kayak ini bocil yang sukanya malakin jajanan ke dia ternyata inisiatifnya gede juga ya.

"Mbak..." panggil Alvin.

"Kenapa, Pin?"

"Lo harus tetap hidup biar bisa ketemu gue lagi ya," ucap cowok itu tulus. Suaranya lebih halus.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang