31: PERPECAHAN

129 19 0
                                    

Perasaan masih banyak hal yang belum berakhir, kenapa cobaan mereka dateng lagi yak. Kayak anjir lah yang kemarin aja belum selesai masalahnya, kok ini udah ada yang baru lagi.

Ayris membawa Vero ke Gedung Menwa yang ada di utara Gereja Kampus. Jujur dia sebenarnya ingin membawa Vero lebih jauh lagi tapi gak sanggup. Meskipun tenaganya seperti laki-laki tapi badan Vero dua kali lipat dari badan dia. Sebesar apapun tenaganya, tetap aja kewalahan.

Akhirnya tujuan Ayris ke Menwa yang saat itu gak begitu banyak monster soalnya monster-monster disana ke Gereja semua. Tadi dia dab Vero sampai harus sembunyi dulu di pepohonan dan area yang gak terjamah monster lain. Agak masuk ke hutan-kebetulan kampus mereka penuh dengan pepohonan yang lebat.

Gedung menwa gak seperti gedung lainnya. Hanya satu lantai dan di dalamnya gak banyak ruangan.

Beruntungnya pintu Menwa gak dikunci. Mereka masuk ke dalem gedung pelan-pelan, takut kalau tiba-tiba monster di dalam gedung muncul lalu menyerang mereka.

Seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa tubuh manusia tergeletak begitu aja di lantai dalam keadaan gak utuh. Darah menyelimuti ubin, organ-organ tubuh manusia berceceran, barang-barang brrserakan, dan dinding-dinding gedung rusak. Banyak sekali pecahan kaca di lantai.

Ayris menyuruh Vero diam di luar sebentar. Dia mau masuk untuk memastikan gak ada monster yang ada di dalam gedung itu.

"Nanti kalau ada monster yang mendekat, lo teriak, Ver," pesan Ayris.

Kerika cewek itu masuk, gak ada tanda-tanda monster muncul. Gedungnya sepi. Dia coba cek sebuah ruangan yang gak jauh dari pintu depan gedung. Gak terlalu luas dan ruangan tersebut seperti sebuah ruang kantor kepala. Ada meja kerja satu dan ruang tamu mini di depan meja kerja.

Dirasa aman, Ayris balik ke depan untuk menjemput Vero dan membawa adik tingkatnya itu ke ruangan tersebut.

"Kita tunggu disini sampai ada kabar dari yang lain," kata Ayris sambil meniduri Vero di sofa panjang yang cukup rusak. Gak lupa menutup pintu depan gedung dan pintu ruang tersebut.

Ayris mengecek suhu tubuh Vero pakai telapak tangannya. Ternyata belum turun juga-bahkan semakin naik. Ketika dia tanya bagian mana yang masih sakit, Vero menjawab tubuhnya masih ngilu dan tenggorokannya seperti tertusuk paku. Sakitnya luar biasa bahkan untuk sekedar menelan ludah.

Ayris menyuruh Vero minum dulu sebelum membantu cowok itu membuka jaketnya supaya panasnya bisa keluar. Setelah itu dia berkelana mencari sesuatu yang bisa jadi tempat menampung air.

Sayangnya gak ada baskom. Tapi di ruangan itu ada kamar mandi yang mana airnya masih menyala. Ayris langsung mengambil sapu tangannya, dia basahi dengan air di kamar mandi, dan ditaruh di dahi Vero.

"Tidur. Gue yang jaga," suruh Ayris. Tangan dan kaki Vero dia beri minyak angin supaya hangat. Leher dan dada pria itu juga.

Ini kalau Vero gak lemas kayaknya bakal mereog sih karena perlakuan Ayris.

Vero awalnya gak mau tidur. Dia kasihan sama Ayris yang daritadi udah susah-susah mengurus dia. Apalagi ketika dia ingat Ayris memapah tubuh besarnya dari Gereja ke Menwa.

"Lo mau bantuin gue kan? Sekarang tidur. Sembuhin diri. Makin cepat lo sembuh, makin cepat lo bisa bantu gue."

Setelah Ayris berkata seperti itu, Vero langsung memejamkan matanya. Benar juga apa yang dikatakan Ayris. Kalau dia terus-terusan sakit yang ada dia semakin merepotkan mbak crush-nya itu.

Setidaknya disini mereka aman.

**

Raka kenapa ya memilih kabur ke GOR. Padahal posisi GOR ada di sebelah kiri kampus-dari gerbang depan. Letaknya di paling pojok area kampus, dekat dengan Stadion.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang