16: EMPAT KONDISI

141 24 6
                                    

"Coba dulu gapapa!" kata Alvin gregetan.

Savina lihat monster MIPA gak seramai di Teknik tapi ukurannya lebih besar dari yang dia temuin di Teknik.

Dia, Alvin, Daisy, dan Caca berhasil menemukan beberapa pisau, golok, bahkan KAPAK. Jackpot banget batinnya Savina.

TAPI

Tapi orangnya yang gak jackpot.

Savina memberikan kapak ke Alvin dan cowok itu mau-mau aja meskipun gak tau bagaimana cara menggunakannya. Lalu dia memberikan pilihan ke Caca dan Daisy antara pisau atau besi panjang yang dia bawa. Caca menjawab pisau. NAH Daisy gak mau bawa apa-apa. Kata cewek itu dia gak bisa menggunakannya.

LAHHHH????

Caca juga baru pertama kali memegang pisau—pisau buat survival loh ya bukan pisau dapur. Alvin juga pertama kali memegang kapak. Savina sih pernah memegang golok TAPI BUKAN buat membunuh monster, melainkan olahraga bela diri.

Semua manusia juga awalnya gak bisa. Kita lahir gak langsung bisa berbicara atau berjalan. Tapi kita dikasih kemampuan untuk belajar. Kalau pun gak bisa yaudah gapapa. Tapi setidaknya coba dulu gitu loh.

Savina semakin dibuat geram soalnya Daisy gak mau dan gak berniat mencoba sama sekali. Minimal memegang senjatanya dah. Tapi cewek itu tetap aja gak mau dengan alasan GAK BISA.

Alvin berdecak kesal. Kesabarannya udah habis.

By the way mereka masih di kantin FMIPA, hendak bersiap ke Fakultas Kedokteran. Tapi gak bisa langsung kesana. Niatnya mau ke gedung yang tadi Daisy lewati sebelum ketemu Caca di pos satpam.

"Kita gak bisa ngelindungin lo terus. Kalau ada apa-apa setidaknya lo punya pertahanan diri!" bentak Alvin.

Tapi Dai malah berkata, "gue gak minta dilindungin. Gue bisa keluar dari sini sendiri!" yang membuat Alvin semakin kesal mampus sama cewek itu.

BAJINGANNN Alvin mau bogem ini orang boleh gak?? Tapi ntar Savina marah sama dia.

Tanpa Alvin ketahui Savina pun aslinya marah besar. Kalau Daisy bisa bela diri mau dia ajak duel saat itu juga dah rasanya.

Tapi gak boleh. Savina perannya sebagai orang yang paling dewasa disini. Dia harus bersikap dewasa dan menyelesaikan masalah tanpa melibatkan emosi.

"Yaudah lo keluar aja sono! Bokem lo tetap sama gue, jangan ikut ini orang!" timpal Alvin. Emosinya dapet bung.

Caca asli sedih sih. Maksudnya Daisy itu orang pertama yang menemukan dia sembunyi di pos satpam sendirian. Daisy yang pertama menemani dan menenangkan dia atas kejadian ini. Tadi juga Daisy berbagi rotinya ke Caca padahal gak seberapa.

Tapi Caca juga paham kalau Alvin dan Savina kesal sama Daisy. Dia kalau jadi mereka berdua juga pasti kesal.

Ah elah, Caca maunya mereka gak bertengkar gini. Perasaan dia udah berantakan karena monster ditambah perdebatan yang gak ada ujungnya.

CAPEK!!!

Savina mengambil alih. Dia mencoba setenang mungkin. "Pegang aja pisaunya. Gak usah digerakin gapapa. Paling gak kamu punya senjata buat ngelindungin diri sendiri kalau kepepet." Lalu dia bangkit dan berkata, "minta kerjasamanya, Dai. Ayo kita berusaha keluar dari sini sama-sama."

Setelah itu, Savina menyiapkan segala perlengkapan mereka berempat untuk pindah ke gedung Fakultas Kedokteran, tujuan akhir mereka hari ini.

Lo tau apa yang paling membuat Alvin takuti?? Bukan Savina yang menggerutu dan marah-marah ketika candaannya keterlaluan. Tapi Savina yang berbicara menggunakan nada dingin seperti beberapa detik yang lalu. Ditambah tatapan mata cewek itu yang tajam dan gak bersahabat.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang