38: CONFESSION

127 30 1
                                    

Vera ini emang GOBLOK dan TOLOL. Tadi dia habis dapet pencerahan pas kumpul sama trio sesepuh. Intinya Danish sama Raka nyuruh Yudha buat selesain masalahnya sekarang juga mumpung masih ada waktu. Kalau nunggu kejadian ini kelar, keburu Yudha balik Australia dan Savina sibuk mengejar karirnya.

Vera jadi mikir dong. Bener juga apa yang dibilang Danish sama Raka. Mumpung hari ini waktunya lumayan panjang dan agak longgar. Dia mau memberanikan diri buat CONFESS ke Erlan. Soalnya dia mikir yak kek Erlan ini kagak bakal nembak dia—sejujurnya Vera gak tau Erlan naksir dia atau enggak. Keburu Erlan lulus terus sibuk keliling dunia buat cari inspirasi lukisan dan Vera sibuk sama kuliahnya yang bakal semakin ancyurrr itu.

Vera yang awalnya menyimak dengan tenang sambil makan pilus MENDADAK BERDIRI. Bikin trio sesepuh yang ada di ruang rektor itu KAGET MAMPUS. Dikiranya Vera kerasukan.

"Lo kenapa, Ver?" tanya Raka dengan tatapan ngeri.

"Gue mau confess. Wish me luck!" seru Vera.

"Hah? Emang kamu suka siapa?" tanya Danish. Tapi gak dijawab Vera soalnya cewek itu keburu NGACIR DULUAN.

Yudha sih cuma geleng-geleng kepala ya. Gak aneh lagi mengingat kelakuan Vero pun sama ajaibnya kayak Vera.

Kembar tuh emang gitu kahh????

Dan disinilah Vera sekarang. Di depan ruang meeting yang jadi tempat mereka tidur sama kakak tingkatnya, Erlan, yang lagi makanin taro serebuan.

Awal mulanya Vera manggil Erlan. Bilangnya mau konsul tentang lukisan gitu lah. Terus Erlan ya mau-mau aja karena dia pikir Vera beneran mau nanya—meskipun dia curiga si Vera ini cuma MODUS.

"Lu jadi keliling dunia, Mas?" tanya Vera ke Erlan setelah percakapan mereka mengenai lukisan selesai.

"Kalau ada duitnya."

"Ada rencana lanjut S2?"

Erlan gelengin kepalanya. Dia bilang masih belum kepikiran. Yang ada dipikirannya sekarang gimana cara dia lulus terus buat exhibition kecil-kecilan. Kepalanya pening begitu ingat semua lukisan yang udah dia buat susah payah selama satu tahun terakhir ini HANCUR SEKETIKA.

Apa harusnya pas keluar dari ruang lukis kemarin, dia bawa semua karyanya ya?

Tapi sama aja gak sih? Paling juga hancur di jalan.

Vera diem bentar. Memilah mau ngomong tentang perasaannya darimana. Asli sih, daritadi jantungnya deg-degan banget. Kayak mau meletus.

"Ngomong aja, Ver. Gue tau lo mau ngomong sesuatu selain tentang lukisan atau basa-basi nanyain rencana gue kedepannya," kata Erlan tepat sasaran, bikin Vera makin gugup.

Bisa-bisanya rencana dia ketahuan.

Emang sih, Alvin tuh udah pernah cerita ke dia kalau Erlan ini peka luar biasa. Lebih peka daripada cewek. Tapi waktu itu Vera anggapnya ya kepekaan Erlan gak setajam ini. Makanya dia kek yaudah gitu.

TERNYATA

Berarti selama ini Erlan tau kalau Vera ke ruang lukis cuma buat modus dong? Erlan tau kalau dia naksir cowok itu dong? Kok gak pernah dibahas ya?

"Tadi gue dengerin Mas Yudha dikasih wejangan Kak Danish dan Kak Raka. Intinya mereka nyuruh Mas Yudha buat selesain masalahnya sama Mbak Savina mumpung masih ada waktu mereka ketemu. Kalau nunggu nanti keburu asing lagi dan sibuk sama urusan masing-masing." Vera mengawali sesi confess-nya. Gak lupa jantungnya deg-degan luar biasa sampai bikin cewek itu mual. Sementara Erlan sibuk mendengarkan dengan wajah datar sambil masih makan taro.

"Gue jadi ikut mikir. Habis ini lo sama gue pasti sibuk masing-masing, Mas. Kita pasti sibuk benahi hidup kita kedepannya setelah kejadian ini. Kemungkinan gak ketemu juga besar. Jadi..." Vera menghembuskan napas panjang, aba-aba sebelum perasaannya—yang Erlan sendiri sebenernya udah tau—terungkap.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang