18: CAHAYA DI KEGELAPAN

139 24 4
                                    

Yudha dan Farel sedang bersembunyi di ruang kelas yang biasa dipakai anak Psikologi—kelas Yudha dulu ketika masih kuliah disini. Letak kelas tersebut ada di lantai satu gedung utama Fakultas Kedokteran.

Oh iya kenapa gak ada Benny, jawabannya ada di bawah ini.

Setelah tadi mengambil alat-alat medis yang tajam seperti pisau bedah, gunting bedah, dan lain sebagainya, mereka segera keluar dari ruang tersebut menuju ke lantai satu—langsung ke lantai satu soalnya di lantai dua dan tiga udah gak ada apa-apa lagi.

Oh iya tiga anak kedokteran ini emang pintar-pintar banget. Senjata mereka gak murni pisau bedah dan gunting bedah aja, tapi dimodifikasi supata bisa digunakan untuk menyerang jarak yang cukup jauh.

Besi yang mereka bawa dari lab anatomi berhasil mereka manfaatkan menjadi pegangan senjata supaya lebih panjang. Mereka menalikan pisau bedah menggunakan benang operasi di ujung kanan maupun kiri besi tersebut. Pisau yang ditali gak cuma satu di masing-masing ujung besi, tapi dua bahkan tiga sekaligus.

Keren juga idenya.

Aslinya mereka khawatir kalau benang operasi gak akan kuat untuk menahan dua sampai tiga pisau bedah di ujung besi. TAPI SIAPA SANGKA waktu mereka tiba-tiba bertemu dengan monster, Benny berhasil menusuk dada monster tersebut hingga mati. Lalu ketika dia mencabut senjata itu, pisau bedahnya gak lepas.

Inovasi yang luar biasa.

"Mempan juga senjata ala-alanya," ucap Benny sedikit kaget. Dia masih gak nyangka pisau bedah ternyata setajam itu.

Berhasil keluar dari koridor lantai empat, mereka lanjut ke lantai satu dan berencana keluar dari gedung. Nah tapi manusia itu memang cuma bisa berencana, karena takdir tetap Tuhan yang atur.

Lantai satu ternyata cukup penuh dengan monster. Baru aja turun dari tangga, mereka udah dipertemukan dengan monster kambing berekor.

Hadehhhh.

Mau gak mau ya harus lanjut. Gak mungkin merrka balik lagi ke lantai empat atau bahkan aula? Ibaratnya tinggal selangkah lagi sampai tujuan. Toh sekarang mereka punya senjata yang lumayan mempan buat bunuh itu monster.

Awalnya berjalan lancar tanpa hambatan. TAPI ketika mereka sampai di depan ruang dosen, tiba-tiba muncul monster bersungut warna pink. Duh mereka bertiga auto panik.

Perasaan Benny udah gak enak. Apalagi monster itu mengingatkan dia dengan Rio. Kayaknya monster itu yang makan Rio tadi.

"Mas kalau gue ada apa-apa, jangan ditolongin. Kalian langsung cari tempat aman."

Baru aja Yudha mau protes tiba-tiba kaki Benny udah ditarik oleh monster tersebut. Farel yang lihat auto lemas di tempat.

Tangan Yudha tadi sempat reflek menggenggam tangan Benny TAPI pergerakan monster itu lebih cepap daripada refleknya. Dia mau menyusul Benny tapi langsung ditahan sama Farel.

"Mas, jangan! Rio tadi dibunuh gara-gara nyoba nyelamatin Benny. Monster itu punya sungut lain yang bisa narik lo juga!" seru Farel. Tapi Yudha masih ngeyel untuk mengejar Benny yang udah hilang dari pandangan.

"Mas lo inget kan apa yang Benny bilang?" kata Farel sambil memegangi badan Yudha. "Lo kesana belum tentu Benny selamat. Yang ada lo juga ikut mati dan akhirnya gue sendirian disini!"

Yudha akhirnya berhenti. Dia kelihatan frustasi. Kayaknya  baru kali ini Farel liat katingnya itu segila ini.

"Sorry, Rel. Gue gak maksud ninggalin lo."

Yudha gak maksud ninggalin Farel sendirian. Dia cuma gak mau Benny jadi korban monster. Dia mau menolong Benny meskipun akhirnya Benny, dia, atau keduanya jadi korban monster. Setidaknya dia berusaha dulu biar gak menyesal.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang