41: 17 PRAJURIT PART 1

116 24 0
                                    

Mereka bertujuh belas mulai bergerak. Posisi mereka masih di gedung rektorat tapi di lantai satu, tepatnya di paling ujung sebelah timur.

Tadi udah pada dibekali persenjataan tambahan. Gak cuma senjata inti mereka-senjata yang sesuai sama kemampuan mereka-tapi juga senjata yang belum mereka pegang-kecuali panah karena jumlahnya terbatas. Yang jelas semuanya kebagian senjata api, sebagian pedang, dan sebagian pisau. Ada juga yang kebagian kapaknya Alvin dan goloknya Savina yang mereka ambil dari kantin MIPA. Terus bagi mereka yang gak banyak nyerang, gak dikasih tambahan senjata.

Alvin menggerakkan tangannya dengan lihai di atas remote control tamiya yang dia bawa dari teknik kemarin. Rencananya tamiya tersebut bakal dia arahin ke sebelah selatan, sekitar agroteknologi-gak terlalu dekat dan gak terlalu jauh.

"Udah pas belum ya?" tanya Alvin mengira-ngira.

"Menurut gue udah, Pin," jawab Raka. Badan cowok itu keluar dari gedung dikit sambil mencoba melihat ke arah selatan.

Gak kelihatan sih, tapi Raka yakin tamiya itu udah di agrotek.

"Dai, gimana?" tanya Danish.

Daisy ngangguk. Kalau menurut sudut pandang dia dan probabilitas yang udah dia hitung secara garis besar dengan mempertimbangkan jarak, kecepatan, arah gerak, dan waktu tempuh, seharusnya sih udah sampai di sekitar agrotek. Paling gak ya kelebihan dikit di FISIP lah.

Karena udah approve sama Dai, Alvin langsung aja tuh membunyikan suara dari tamiya-nya. Gak terlalu keras kalau di telinga mereka uang manusia biasa, tapi menurut informasi dari Arjuna suara itu bisa kedemgeran sampai monster-monster yang ada di sekitar gedung IKA.

Mereka buru-buru ngumpet pas para monster mulai bergerak ke arah selatan. Gak cuma monster di danau yang pindah, melainkan monster lain di halaman depan gedung rektorat dan beberapa lainnya turut berpindah.

Setelah dirasa aman, mereka bertujuh belas segera keluar gedung dan nyebrang ke danau kampus. Khusus Raka dan Caca, mereka lari duluan buat naruh peledak di pohon yang berada di tengah area daratan danau kampus sesuai sama rencana mereka tadi. Sementara yang lain menunggu di pinggiran sambil memantau monster.

Setelah berhasil, mereka segera maju ke depan untuk melanjutkan perjalanan ke LPPMP. Tapi mereka mau ke gedung IKA dulu buat istirahat sebentar karena yakin banget pasti mereka bakal habis-habisan melawan monster makanya mau gak mau mereka mampir dulu buat mulihin tenaga sekalian makan.

Gak banyak gedung di sepanjang jalan rektorat ke gerbang depan. Lebih banyak area bebas yang penuh sama pepohonan. Makanya jumlah monster relatif banyak dan bentuknya besar-besar.

Raka memimpin di depan sementara Danish di bagian belakang. Di tengah ada Reza yang bantu jagain anak-anak dari depan maupun dari belakang-sekaligus penyeimbang dan pengamat di semua sisi. Di antara Reza-Raka maupun Reza-Danish, ada Yudha dan Farel sebagai medis yang bertugas buat standby kalau sewaktu-waktu ada yang luka atay sakit-barisan depan dipegang Yudha, sementara Farel di barisan belakang. Para petarung handal menyebar di barisan tersebut, sementara pada pemikir berada di tengah para petarung supaya tetap aman.

Di perjalanan ini yang bikin Arjuna was-was adalah mereka yang harus menghadapi makhluk-makhluk mitologi yang dia sendiri gak tau pasti kelemahan mereka. Dia juga was-was sama monster yang mirip Cetus. Masalahnya tadi pagi Arjuna lihat monster itu ada di jalanan halaman depan rektorat, tapi pas mereka turun monster itu udah gak ada. Takutnya pas mereka jalan tiba-tiba monster itu nongol.

Gapapa. Semoga enggak. Kalau pun iya, semoga mereka bisa mengatasinya.

Nahhh selain menghadapi monster mirip makhluk-makhluk mitologi, mereka harus menghadapi monster yang MAKIN ANEH AJA BENTUKNYA. Udah gitu kadang monster itu muncul MENDADAK bikin mereka jantungan.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang