20: PERTEMUAN DAN PERPISAHAN

128 24 6
                                    

Setelah mendapatkan pesan dari Ayris, Savina dan lima orang lainnya segera bersiap diri untuk pindah ke Masjid. Mereka membawa beberapa barang yang sekiranya dibutuhkan seperti selimut, bantal, perlengkapan medis, dan lain sebagainya.

Farel dan Yudha sibuk memasukkan berbagai perlengkapan medis ke medis bag merah berukuran besar. Caca membawa tas Farel karena Caca gak bawa tas sama sekali. Sementara tas Yudha ditinggal. Isi tasnya dititipkan ke Savina dan sebagian masuk ke tas medis-kalau masih muat.

"Kita banyakin bawa obat umum dan obat-obat luka, Rel," kata Yudha.

Farel menggangguk paham. Dia sekarang lagi memikirkan apa aja yang sekiranya dibutuhkan untuk MENJAHIT KULIT manusia yang terluka. Semua peralatan operasi dia bawa. Gak semua sih, alat-alat yang biasa digunakan untuk mengobati luka besar.

"Bang, kira-kira gue bisa gak ya jahit luka orang..." lirih Farel pelan. Sejujurnya dia masih takut meskipun cowok itu pernah jahit kulit asli. Masalahnya situasinya beda. Jadi Farel gak yakin.

"Bisa. Yang penting kita berusaha sebaik mungkin dan niatin buat menolong sesama. Nanti pasti dibantu sama Tuhan."

Oke. Setelah semua perlengkapan udah masuk ke dalam tas, mereka menyusun strategi. Karena harus melewati jalanan bebas, otomatis akan bertemu monster yang jumlahnya lebih dari satu. Kali ini gak ada tempat persembunyian karena tempatnya begitu terbuka.

Gapapa sih sebenarnya. Mereka udah terbiasa melawan monster. Insting mereka pun mulai menajam. Kalau ada monster yang mendekat pasti sadar. Tapi masalahnya bawaan mereka semakin banyak. Apalagi Yudha dan Farel. Gak hanya membawa medis bag ransel yang besarnya melebihi punggung mereka, tapi juga membawa tabung oksigen dan medis bag dalam bentuk handbag-isinya beberapa bantal sama selimut.

Lalu apa isi tas ransel yang Savina, Dai, dan Caca bawa? Banyak. Makanan dan minuman, tali, KACA, sebagian selimut, barang pribadi, dan masih banyak lagi. Kotak P3K kecil yang mereka temui masih ada di tas Savina dan Farel. Sengaja gak disatuin sama medis bag supaya kalai mereka gak sengaja harus berpisah, masih ada obat-obatan yang dibawa.

Savina mengintip keluar. Kalau dilihat-lihat, keadaan diluar cukup sepi. Ada beberapa monster yang sedang berdiam diri. Ada juga yang berjalan santai. Tapi sejauh ini, situasi aman sih kayaknya. Kalau mereka gak ribut seharusnya bisa sampai Masjid dengan selamat tanpa harus melawan monster.

"Mas Yudha dan Farel di tengah, biar Alvin sama Caca di depan. Aku sama Dai biar jaga belakang." Savina berbicara ke lima orang di belakangnya. Semua setuju kecuali satu orang.

Iya, Yudha.

"Aku aja yang di belakang."

Kebiasaan nih. Yudha kalau terlalu khawatir suka mengorbankan banyak hal. Ya sebelas dua belas sama Savina tapi lebih goblokan Yudha.

"Aku punya dua senjata. Kamu ribet bawa banyak barang," ucap Savina gak bersahabat. "Gak usah ngorbanin diri terus. Kita realistis disini."

YUDHA LANGSUNG KICEP.

ALVIN NAHAN KETAWA.

Tanpa menunggu lama, mereka mulai keluar dari mini hospital. Savina membawa golok dan besi panjang dari teknik. Alvin pun sama seperti Savina. Bedanya dia gak bawa golok melainkan kapak. Caca dan Dai sama-sama membawa pisau yang mereka dapat dari kantin MIPA. Sementara Farel sama Yudha masih bawa senjata ala-ala andalan mereka.

Langkah kaki mereka sangat hati-hati. Sengaja gak pakai senter soalnya gak mau membuat monster notice kehadiran mereka. Sebenernya gak tau sih apakah monster sensitif dengan cahaya atau enggak. Tapi ya buat jaga-jaga ajalah soalnya mereka harus sampai tujuan secepat mungkin supaya Galih bisa segera diselamatkan.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang