13: TWO BEAUTIFUL FLOWERS

163 22 5
                                    

Savina dan Alvin bersiap untuk pindah gedung. Bukan cuma gedung, tapi juga fakultas.

Gak tau gimana caranya, mereka memutuskan untuk menerjang monster dengan melewati parkiran teknik yang terbuka daripada harus kembali ke gedung B atau mutar melawati pusat komputer di seberang fakultas teknik.

"Rencana kita apa, Mbak?" tanya Alvin.

Savina mikir. Jujur dia bukan tipe J yang apa-apa direncanakan. Selama ini cewek itu selalu mengandalkan kemampuan P-nya alias mengikuti arus yang ada.

"Kita pindah ke ruangan terdekat dan melewati parkiran depan gedung B, Pin. Nanti kita diskusiin lagi gimana cara buat kabur ke fakultas sebelah," ucap Savina.

Yaudah Alvin sama Savina bersiap ke koridor seberang dimana mereka bakal keluar dari gedung C menuju halaman parkir. Nanti mereka berhenti sebentar di lab anak teknik elektro atau gak di gazebo depan gedung. Tapi gazebo bukan ruangan tertutup. Jadi masih belum pasti dah gimana akhirnya.

Ngomong-ngomong, koridor mereka bukan di dalam gedung kayak pas mereka di gedung B tadi. Koridor di gedung C ini posisinya di luar gedung. Ya masih di dalam sih, cuma gak diantara tembok dengan tembok. Melainkan diantara tembok dengan pembatas antara lantai gedung dengan halaman dilapisin paving block. Biasanya mahasiswa pada nongki cantik di selasar koridor.

"Tujuan kita ke lab ujung. Kalau tiba-tiba pas-pasan sama monster, langsung belok ke ruangan yang aman, Pin," kata Savina lagi.

Alvin manut aja sih. Dia serahin semuanya ke Savina. Selama masih ada Savina, dia yakin semua bakal aman terkendali.

Savina di depan, sementara Alvin di belakang. Mereka mulai membuka pintu dan mengintip keadaan sekitar.

Situasi masih jauh dari kata aman. Suara teriakan orang dari berbagai arah masih terdengar jelas di telinga Savina dan Alvin. Belum lagi suara-suara aneh yang timbul dari monster.

Sumpah ya, Alvin tuh heran. Maksudnya monster yang dia temui bukannya seram tapi lebih ke jelek. Udah gitu suara mereka lebih jelek dari limbad lagi. Ditambah kalau makan gak bersih—ini pendapatnya Savina. Gak ada bagus-bagusnya sama sekali.

Padahal Alvin gak pernah dengar suara Limbad kayak gimana.

Savina nutup pintu ruang kelas. Dia balik badan dan ngasih tau ke Alvin kalau tadi ada beberapa monster lewat di halaman depan.

Sepuluh menit kemudian, Savina mengintip lagi. Dia gak menangkap monster maupun manusia. Kayaknya sih udah aman buat sekedar pindah ruangan ke sebelah.

"Sekarang!"

Savina dan Alvin bergegas meninggalkan ruang kelas tadi menuju lab elektro di ujung sana. Gak langsung kesana karena mereka harus melewati pintu belakang gedung yang menghubungkan langsung sama koridor utama di dalam gedung. Paling ya berhenti sebentar sebelum menyebrang ke koridor seberang karena mereka yakin disana bakal BANYAK MONSTER yang nangkring sambil bergosip.

Benar aja tuh firasat mereka. Di belakang pintu banyak banget monster yang nangkring. Ada kali ya 10 monster dengan badan big size semua. Udah gitu mereka masih pada sibuk makanin manusia yang kayaknya baru mereka bunuh.

Kok tau? Iya soalnya kelihatan masih fresh.

Savina dan Alvin membuka pintu ruangan yang ada di paling pinggir koridor. Masih di bagian kiri kalau dari luar gedung.

"Anjing!" umpat Alvin begitu lihat ada rambut nongol dari balik meja.

Savina juga lihat itu. Dia sigap bersiap dengan besi panjangnya sambil mendekat ke target. Tiba-tiba suasana jadi tegang.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang