54: SEBUAH UNDANGAN

123 26 3
                                    

Lima tahun kemudian

Sumpah ya. Savina dibuat jantungan sama Erlan dan Vera yang tiba-tiba datang ke rumahnya bermaksud mengantarkan UNDANGAN. Dia pikir undangan pernikahan mereka berdua. Ternyata undangan exhibition-nya Erlan.

Dua minggu sebelum exhibition, Erlan dan Vera berkunjung ke rumah Savina yang ada di Bogor. Kedatangan mereka disambut oleh Papa dengan pelukan hangat. Udah lama mereka gak ke rumah. Hampir satu tahun kayaknya mereka gak mampir.

Papa juga sama kagetnya waktu Erlan bilang kesini mengantar undangan. Beliau juga mikirnya undangan pernikahan mereka berdua. Mana datangnya sepaket lagi. Siapa coba yang gak mikir undangan yang dimaksud Erlan adalah undangan pernikahannya sama Vera?

Erlan kagak pernah berubah anjir.

"Lagian lo ngasihnya langsung ke rumah. Udah gitu sama Vera lagi." Savina menaruh dua cangkir gelas untuk kedua teman seperjuangannya itu.

Erlan senyum-senyum gak jelas. "Vera nih katanya kangen bokap lo, Vin."

"MANA ADA!!" teriak Vera. Satu pukulan mendarat di lengan Erlan. "Ya aku emang kangen Kapten sih, tapi kemarin kamu ya yang ngajak!"

Eh anjir, Savina geli. Dia gak biasa mendengar Erlan dan Vera ngomong aku-kamu gitu.

"Mana yang katanya kangen Papa?" Papa membawa sepiring pisang goreng untuk mereka.

"Vera, Kapt." Lagi-lagi Erlan menumbalkan Vera.

"Gak, Kapt. Mas Erlan bohong itu."

"Lah, tadi kamu bilang kangen loh. Ya gak, Vin?"

Vera memasang wajah jengkelnya yang mana malah membuat Erlan semakin senang menggoda cewek itu. Mereka nih pacaran tapi gak ada romantis-romantisnya sama sekali.

"Yaudah Papa tunggu undangan pernikahan kalian yang asli. Kalau pun harus ke Semarang, Papa usahakan datang."

Karena kata-kata adalah doa, jadi Erlan aminkan dulu aja. Takutnya selama ini dia cuma jagain jodoh orang.

YA LU JANGAN MIKIR GITU DONG!!!

Oh iya, mari kita ceritakan sedikit tentang hubungan Erlan dengan Vera.

Jadi setelah kejadian itu, mereka sempat gak saling berhubungan satu sama lain. Keduanya sibuk melanjutkan kuliah di kota masing-masing-semua mahasiswa yang masih selamat ditransfer ke PTN dekat domisili masing-masing. Setelah lulus, Erlan keliling Indonesia sambil kerja sebagai kurator. Dia juga menyicil membuat lukisan untuk exhibition-nya ini. Kalau Vera sih masih sibuk berjuang sama kuliahnya yang makin lama makin membuat dia gila.

Karena kuliahnya tinggal skripsi, Vera sering berkunjung ke pameran meskipun tempatnya di luar kota. Suatu hari, dia ada genda berkunjung ke pameran yang ada di Semarang bersama temannya. Dia memutuskan untuk menghubungi Erlan dan mengajak cowok itu ketemuan. Sekalian life update selama hampir dua tahun ini sibuk dengan urusan masing-masing.

Perasaan Vera masih sama. Meskipun bertemu cowok baru dan berpisah sama Erlan, rasa sukanya ke cowok itu gak pernah berkurang. Dia aja deg-degan gila pas ketemu Erlan di pameran.

Erlan gak tau kapan dia mulai suka sama Vera. Selama ini dia menganggap perasaan khawatirnya itu karena Vera adik tingkatnya. Terus waktu mereka pisah, dia merasa ada yang kosong. Biasanya Vera suka gangguin dia, menemani dia di ruang lukis, dan menjadi teman ngobrolnya. Beberapa kali dia memikirkan Vera dan merindukan kehadiran sosok itu. Tapi dia anggap perasaan itu ada karena dia belum terbiasa sama keadaan dia saat ini-gak ada sosok Vera di kesehariannya seperti dulu.

Sampai akhirnya mereka bertemu kembali dan Erlan baru sadar bahwa perasaan itu gak cuma karena dia belum terbiasa. Tapi karena dia ingin selalu melihat orang yang dia suka. Rasanya bahagia lihat Vera lagi setelah sekian lama. Bahagianya gak bisa dideskripsikan dengan kata-kata apapun. Dia gak rela kalau harus berpisah lagi dari Vera.

BACK TENSION, RELEASE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang