MENUNGGU HUMAIRA

11 1 0
                                    

"Assalamualaikum" ujar Amir kepada seorang ustadz

"Waalaikumussalam warahmatullah eh..Amir"

"Iya ustadz,Amir disini ada yang mau ditanyakan" ujar Amir

"Oh..ya silakan duduk Amir"

"Baik ustadz"

"Jadi Amir,ada perlu apa yang kamu tanyakan"

"Jadi gini ustadz,saat ini...Amir menyukai seorang gadis"

"Maa syaa Allah" ujar ustadz

"Jadi... karena Amir yang tidak mungkin mengungkapkan sebuah rasa Amir bingung ustadz apa yang seharusnya Amir lakukan" tanya Amir

"Kira-kira umurnya berapa Amir?" Tanya ustadz tersebut

"Umurnya beda 6 tahun sama saya ustadz,umurnya 16, sementara Amir 22 ustadz" jawab Amir

Ustadz tersebut memegang bahu Amir

"Jadi begini Amir, jikalau dirimu mencintai dirinya dan berniat untuk menikahinya suatu saat nanti,maka tidak ada yang kamu lakukan selain mendoakannya.Tunggulah dirinya hingga dirinya merasa siap untuk engkau nikahi" jawab ustadz

"Tapi ustadz, apakah bisa seperti itu?" Tanya Amir

"Boleh,asalkan kamu harus menjaga hatimu,fokus perbaiki imanmu dahulu sebelum mendatanginya suatu saat nanti, karena tanggung jawab kamu lumayan besar menjadi seorang pemimpin" jawab sang ustadz

"Baiklah ustadz,saya akan melakukan sebagaimana saran ustadz berikan kepada saya" ujar Amir

"Iya Amir,semoga Allah kuatkan dirimu" doa sang ustadz

"Aamiin ustadz,jazakallahu Khairan"

"Waiyyaka Amir"

Setelah mendengar saran dari ustadz tersebut,Amir mulai merasa Mega dengan dirinya.

Namun bukan berarti Amir melakukan segala apa yang disarankan ustadz tersebut.Karena entah Amir kuat jika menunggu Humaira.

"Ya Allah,hamba serahkan segalanya kepada Engkau ya Allah" ujarnya selama diperjalanan

Keesokan harinya waktu sore,Humaira dan Zahra menjemput kuenya ke warung yang kebetulan hujan sangat lebat dan mereka basah kuyup.

"Ra...kita beli seblak yuk,mumpung hari hujan makin nikmat makannya" ujar Humaira

"Yess...seblak mana dibeli kak?" Tanya Zahra

"Yang ditepi jalan raya,kemarin kita juga beli sana"

"Ooo ya,baru ingat,yaudah kita kesana sekarang kak"

"Eh,nanti dulu...kuenya belum selesai kita jemput nih"

"Iiish..." Ujar Zahra yang kesal

Karena Zahra membawa beban berat, tempat kue tersebut dititipkan diwarung terakhir.Mereka bergegas membeli seblak yang mereka inginkan

"Kak...itu bukannya bang Amir ya?" Ujar Zahra

"Mana?"

"Itu... yang dorong motor itu" jawab Zahra

Karena rabun jauh,Humaira tidak mempercayainya.Setelah mendekat,benar saja itu adalah Amir yang mendorong kendaraannya yang mogok

"Kasian ya" ujar Humaira

"Ya kalau kasian bantuinlah kak" ujar Zahra

Humaira sedikit malu, karena Humaira merasa kasian,Humaira akhirnya membantu Amir.

"Motornya kenapa tu bang" tanya Humaira

"Eh,Humaira...ini motor Abang mogok Ra"

"Coba bang engkol motornya,mana tau bisa hidup" ujar Humaira

Lalu Amir mencoba seperti apa yang dikatakan Humaira.Dan akhirnya kendaraan Amir hidup setelah melakukan apa yang dikatakan Humaira

"Yaudah bang,Humaira pergi dulu" ujarnya

"Iya Ra...makasih ya Ra"

"Sama-sama bang"

"Kasian Humaira,mana nggak pake mantel lagi...pasti dia kedinginan" ujar Amir dalam hati sambil melihat Humaira pergi

Lalu malamnya Humaira mengirim pesan kepada Amir.

"Gimana bang?...aman sampe ke masjid" tanya Humaira

"Alhamdulillah Ra" jawab Amir

"Alhamdulillah,lagian kenapa nggak dari tadi bang engkol?" Tanya Humaira

"Udah Ra,tapi tidak kunjung hidup" jawab Amir

"Hahaha kasian" ujar Humaira
"Ooo ya bang,Abang kuliah jurusan apa?" Tanya Humaira

"Lah,baru tanya sekarang jurusan Abang"

"Hehehe... jawab dulu toh"

"Abang jurusan agama Islam Ra" jawab Amir

"Ooo,terus bang udah jadi dosen?" Tanya Humaira yang masih lugu

"Ya belumlah ujar Amir,cuman 2023 bulan Mei sepertinya Abang akan wisuda"

"Wah... tinggal beberapa bulan lagi ya bang"

"Iya Ra"

"Emang,setelah bang wisuda...bang kerja?" Tanya Humaira

"Itulah yang buat Abang bingung Ra" ujar Amir

"Bang kan paham agama nih,mana tau bang bisa jadi ustadz kan,atau nggak jadi kakak ipar Humaira aja" ujar Humaira yang bercanda

"Kakak ipar?...emang kakak Humaira udah tamat sekolah" tanya Amir

"Bentar lagi tamat kok bang" ujar Humaira

"Hahaha... nggak lah Ra"

"Kenapa tu bang?" Tanya Humaira

"Ya bang harus kerja dulu lah,masa bang langsung nikah aja" ujar Amir

"Hahaha.. iya juga ya"

"Nanti kalau Abang wisuda,bang ajak Humaira ya" ujar Amir

"He eleh,nanti Humaira malah dilupain lagi" ujar Humaira

"Apalagi ditambah ada keluarga bang kan"

"Iya juga sih,tapi kan nggak papa juga" ujar Amir yang keceplosan

"Nggak papa? Maksudnya bang" tanya  Humaira

"Typo Ra... lupakan aja" ujar Amir

"Kalau bang mau wisuda nih...jangan lupa traktirin aku Boba ya bang" canda Humaira

"Nih soal Boba ni nggak selesai selesainya ya" ujar Amir sambil tertawa

"Emang kamu butuh berapa Humaira? 5 bungkus?" Canda Amir

"Hmm... sepertinya itu kurang bang" ujar Humaira

"Masih kurang?....wih...sip..aman tu" ujar Amir

"Bang harus janji beliin aku Boba" ujar Humaira

"Iya Ra,Abang janji"

Humaira mulai tersenyum membaca pesan Amir

"Apakah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya" ujar Humaira

"Iya,ini rasa yang kedua kalinya...namun alangkah baiknya aku mencintainya diam-diam,agar aku tidak merasakan kekecewaan lagi" ujar Humaira dalam hati

"Sungguh diriku sangat lama mengobati luka,tapi kau datang untuk mengubah traumaku.Maka lebih baik aku menyimpan rasa ini kembali daripada aku harus merasa kekecewaan yang sama" lanjut ucap Humaira dalam hatinya

MENUNGGU HUMAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang