Sesuai prediksi. Foto-foto Nathan dan Adelia yang berciuman, bergandengan dan berpelukan menyebar di seluruh group sekolah. Saking hebohnya, bahkan sampai masuk ke situs-situs berita dengan headline "SEORANG GURU KETAHUAN BERPACARAN DENGAN SISWANYA!"
Kali ini Nathan dan Adelia tidak bisa mengelak lagi dan mengakui semuanya. Hal ini membuat mereka berjarak. Nathan dihukum oleh keluarganya agar tidak keluar rumah sampai berita mereda. Sedangkan, Adelia langsung dipecat dan dikeluarkan dari sekolah untuk memulihkan nama baik sekolah tersebut.
"Saya sebagai kepala sekolah meminta maaf kepada seluruh lapisan masyarakat dan para orang tua murid. Kami juga sungguh menyayangkan kejadian ini terjadi di sekolah. Namun, sesuai prosedur, kami sudah memecat guru yang bersangkutan dan memberi homeschooling pada murid yang menjadi korban, kami terus dampingi dengan guru BP sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai tenaga pendidik. Sesuai moto sekolah kami, yaitu...".
Nathan langsung mematikan TV di kamarnya. Ia menghela nafas dan memikirkan Miss Adelia. Sudah seminggu ia dikurung di dalam rumah dan ponselnya disita. Jangan ditanya drama interogasi yang dilakukan oleh ayah dan ibunya.
Namun, bukan dirinya sendiri yang dipikirkan, tapi Miss Adelia. Nathan sangat mengkhawatirkan Miss Adelia, karena sudah pasti kekasihnya juga harus berhadapan dengan pengadilan.
'Sungguh tidak adil. Padahal hubungan mereka mau sama mau, bukan pemaksaan. Apa mereka buta ya?,' pikir Nathan yang kesal karena merasa tidak berdaya.
Aku harus melakukan sesuatu! Pikir Nathan. Ia tidak bisa hanya berdiam diri sementara kekasihnya kesulitan di luar sana. Ia pun langsung melihat ke arah laptop di kamarnya dan menemukan ide.
°°°
"Ayo, Miss," ujar Nathan di apartemen Adelia. Nathan mengajak Miss Adelia kabur ke luar kota. Miss Adelia yang sudah hilang semangat akibat tekanan dari masyarakat jadi menurut saja apa kata Nathan.
Adelia senang melihat wajah Nathan. Sejak skandal tersebar luas, Adelia merasa sendiri, tidak ada yang berada di pihaknya. Orang tuanya sudah menyuruhnya pulang ke kampung halaman, namun Adelia masih menunggu Nathan.
"Oh, Nathan. Where have you've been?," tanya Adelia begitu Nathan datang.
"I am so sorry, Miss. Aku berusaha kabur dari rumah, but I'm here now," ucap Nathan sambil membelai wajah Miss Adelia.
Hanya Nathan yang bisa membuat Miss Adelia tersenyum sekarang. Mereka pun pergi jauh menggunakan mobil Miss Adelia, namun Nathan yang menyetir.
Sepanjang jalan, Nathan menyetir sambil sesekali mengamati Miss Adelia. Tangan Nathan selalu mengenggam tangan Miss Adelia, sementara tangan satunya digunakan untuk menyetir.
Pandangan Miss Adelia terlihat kosong dan sedih.
"Are you okay, Miss?," tanya Nathan khawatir.
Miss Adelia masih diam, Nathan pun berinisiatif mengajak ngobrol.
"Do you like horse?," tanya Nathan. Ia tahu Miss Adelia menyukai binatang.
"Mmm."
"Tempat yang kita tuju adalah peternakan kuda. Aku punya seekor kuda disana," Nathan menjelaskan.
Memang itu punya keluarga Nathan. Dulu saat kecil Nathan sering kesana, namun sekarang keluarganya sudah jarang sekali berkunjung. Jadi sepertinya tempatnya cukup aman.
"Mau tahu kuberi nama apa?," ucap Nathan lagi.
"Siapa?," tanya Miss Adelia penasaran.
"Tahu bulat."
"What? Kenapa namanya itu?," tanya Miss Adelia tertawa akhirnya.
"Karena warnanya seperti tahu dan ia suka berlari, bagai bola bulat yang suka menggelinding."
"Haha, kamu ada-ada saja, Nathan!"
Nathan senang Miss Adelia kembali ceria.
"Jantan atau betina?," tanya Miss Adelia agak semangat begitu tahu tempat yang dituju banyak kuda.
"Betina... dan sekarang ia semakin bulat karena sedang hamil. Nanti kalau lahiran kau yang beri nama ya."
"Really?"
"Yeah", ucap Nathan mengangguk sambil mencium tangan Miss Adelia.
Miss Adelia jadi terharu dan semangat lagi. 'Selama mereka bersama, mereka akan baik-baik saja bukan?,' pikir Adelia. Tapi entah kenapa, perasaan Adelia tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
Storie d'amoreAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?