Adelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?
"So far so good... kenapa datang mendadak? Aku bisa menjemputmu."
"Aku tidak ingin merepotkanmu. Hmm...begini, aku datang karena ingin membawa anak-anak. If you don't mind of course. And I kinda need your help to find a new place for us," ucap Adelia tanpa basa-basi.
"Kamu ingin membawa anak-anak?," tanya Nathan. Adelia bisa mendengar nada kecewanya. Tentu saja, sudah setahun Natalia dan Carolla bersama mereka, pasti mereka sudah cukup terbiasa satu sama lain, pikir Adelia.
"You still can meet them if you want," ucap Adelia berusaha menghibur. Namun tidak ada jawaban, Nathan masih saja bisu memandanginya. 'Rasanya aku sedang dianalisa,' pikir Adelia.
"Well... I know it's kinda not fair," tambah Adelia mulai salah tingkah.
"... Baiklah, aku tidak melarang. You're the mother and you have right," jawab Nathan.
Adelia tidak menduga jawaban Nathan yang langsung setuju. 'Ia benar-benar sudah dewasa,' pikir Adelia.
"Sementara ini aku berencana tinggal di hotel. Bisakah kamu bantu mencarikan tempat tinggal yang cocok untukku dan anak-anak? Rumah lama kami sudah tidak ada," ucap Adelia agak sedih.
Nathan jadi iba mendengarnya. Setahun yang lalu Adelia dibawa oleh om Edgar dan tante Luna pulang kampung agar Adelia menjalani terapi disana. Tidak ada yang mengurusi rumah yang ditinggali Adelia dan Arka.
Cukup menyedihkan ketika Nathan datang mengambil barang-barang Natalia dan Carolla. Rumah yang tadinya penuh kebahagiaan dan keceriaan terlihat kosong dan sepi. Terakhir kali dicek, rumahnya sudah disita oleh bank.
"Tinggallah di apartemenku," ucap Nathan.
"What?," tanya Adelia terkejut.
"Apartemenku kosong, tinggallah sementara disana sampai kamu menemukan tempat baru daripada menginap di hotel."
"Ooh," jawab Adelia. Entah kenapa Adelia malah sempat berpikir jika Nathan mengajaknya tinggal bersama.
"Kalau begitu bisa mengantarku sekarang?," tanya Adelia.
"Tentu saja. Hanya ini kopermu?," tanya Nathan mendekati koper besar Adelia. Diangkatnya bagai seringan bulu ke dalam mobil.
Adelia terpukau dengan kekuatan Nathan dan jelas melihat otot-otot di lengannya itu. 'Dia pasti sering ke gym,' pikir Adelia.
Setelah berpamitan dengan yang lain, Nathan dan Adelia pun berangkat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.