Keesokan harinya.
Nathan datang lebih dulu ke cafe dan menunggu Adelia. Tak lama kemudian, pintu cafe terbuka dan Adelia menyapanya dengan senyum. Namun Nathan malah memicingkan matanya.
"What's wrong?," tanya Adelia.
"Itu tadi... Arka yang mengantarmu?"
"Hmm... well, yeah?," jawab Amelia heran.
Nathan sempat terdiam sesaat sebelum bertanya, "dia tahu kalau kita bertemu?"
"Ya."
"Kalau aku jadi dia sih enggak akan aku kasih," ucap Nathan.
Adelia menarik nafas, baru sadar di hidupnya ada dua macam pria rupanya, yang satu posesif, yang satu kalem dan tenang.
"Ya sudahlah, whatever. So what do you want to talk about Natalia?," tanya Nathan tanpa basa-basi. Ia takut semakin lama berlama-lama dengan Adelia semakin tidak bisa mengendalikan gejolak di hati.
"I'm sorry I lied. I don't want to talk about her but about us."
Nathan memandang Adelia tak percaya. Bukankah semalam sudah jelas bahwa ia tidak ingin membicarakannya. Nathan langsung berdiri untuk pergi, namun Adelia menahan tangannya.
"Nathan... please," lirih Adelia. Kata memohonnya bagaikan suara desahan di telinga Nathan. Belum lagi merasakan lembutnya tangan Adelia mengenggam tangannya.
'Shit!' Nathan buru-buru duduk lagi untuk meredam gairahnya.
"Kenapa kamu belum nikah?,' tanya Adelia.
Nathan tertawa, "we just met, Adelia. Jangan sok akrab. It's not your problem, okay."
Adelia kesal dijawab seperti itu. Sepertinya Nathan belum siap terbuka, terpaksa harus dipancing dengan emosi. Ia sangat mengenal bagaimana Nathan.
"Aku prihatin padamu. But just to be clear, it was your fault, not mine!," ucap Adelia.
Nathan terdiam sesaat sambil melotot ke Adelia, "you're unbelieveable."
"Memang kamu tidak ingin bertanya apapun padaku?," tanya Adelia lagi.
"Tanya sekarang juga percuma kan, tidak akan ada yang berubah."
"Lalu kenapa dulu enggak berusaha tanya dan cari tahu?" Adelia balas melotot.
Sekarang mereka berdua saling bertatapan dalam amarah. Hingga Nathan menghela nafasnya, "okay. My only question, Adelia. Why you leave me? Apa kamu tahu aku terkapar di jalan hari itu? Kenapa kamu meninggalkanku begitu saja? Apa kamu tidak peduli padaku sama sekali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?