Dibandingkan Nathan, Arka terlihat jauh lebih dewasa, matang dan berwibawa. Karena memang umurnya sudah jauh di atas Nathan, ia sudah 39 tahun.
Arka menyodorkan tangannya pada Nathan. Kedua pria itu bersalaman sambil bertatapan tajam. Suasana sempat kaku sesaat. Namun Arka menyapa om Fadly, tante Silla, Devano dan Tiffany dengan ramah.
Mereka semua terlihat menyukai Arka yang pandai bicara dan mudah mencairkan suasana. Sepanjang waktu, Adelia juga bergelayut manja di lengan Arka dan memandang kagum pada suaminya itu.
Nathan berusaha tidak cemburu dan bersikap biasa saja, tapi sulit. "Mana anakku?," tanya Nathan tiba-tiba.
Mereka semua menoleh ke Nathan. Devano memandangnya seperti berkata 'dude, really?'
Lagi-lagi Arka tersenyum. 'Kenapa dia senyum-senyum terus sih?,' pikir Nathan.
"Maaf, Nathan. Aku tahu kamu adalah ayah kandung Natalia. Tapi Natalia sudah kuanggap anakku sendiri. Akulah yang mengurus dan membesarkannya. Dia mengenalku sebagai ayahnya selama ini. Jadi, sebelum mempertemukan kalian berdua, aku harus menganalisa dulu. Apakah hal ini berpotensi buruk untuk Natalia atau tidak. Aku cukup berhati-hati soal ini, harap mengerti. Sebagai seorang ayah, aku hanya tidak ingin melihatnya sedih."
Ucapan Arka membuat Adelia semakin memandangnya kagum, sedangkan Nathan malah mendengarnya bagai sebuah sindiran dan ancaman.
"Aku tidak suka dianalisa. Jadi sebaiknya jangan lakukan itu," jawab Nathan memandang tajam pada Arka.
Adelia berusaha meredam aura persaingan dari kedua pria ini, "well... gimana kalau kita pertemukan Natalia dan Nathan saja sekarang? Nathan tidak akan menyakitinya, ya kan? Bukankah kita sudah sepakat, sayang?"
Arka agak melunak mendengar ucapan lembut Adelia, terutama ketika tangannya disentuh istrinya itu. Ia pun tersenyum pada Adelia dan mengangguk. Adelia tersenyum lega.
Nathan bisa melihat kalau Arka benar-benar mencintai Adelia, begitu juga Adelia. Nathan merasa seperti pecundang. Ia pikir ia adalah pria terbaik untuk Adelia selama ini, tapi ternyata ada yang jauh lebih baik.
'Well... she deserves better than me', pikir Nathan berusaha menghibur diri walau sedih.
Nathan sudah merasa kalah, ketika seorang gadis kecil masuk ruangan. Inilah gadis kecil yang ia lihat di foto, gadis kecil yang mirip dengannya dan Adelia, gadis kecil yang tidak ia ketahui selama 10 tahun. Nathan langsung menahan nafas agar air matanya tidak jatuh.
Adelia pun memperkenalkan masing-masing anggota keluarga pada gadis kecil itu.
Om Fadly dan tante Silla sangat terharu akhirnya bisa bertemu dengan cucu mereka yang selama ini hanya di foto. Tante Silla sampai menangis tersedu-sedu sambil memeluk Natalia, begitu juga om Fadly.
Begitu sampai di depan Nathan, gadis kecil itu berucap, "hai, I'm Natalia, so... you're Nathan? Mama bilang nama depanku dari namamu."
Nathan dan Adelia saling berpandangan seolah-olah Nathan bertanya 'really?.' Adelia hanya memandang sendu sambil tersenyum.
"Cepat atau lambat Natalia memang harus tahu yang sebenarnya. Kebetulan kalian berniat bertemu. Jadi aku dan Arka merasa sudah waktunya memberitahu dia," ucap Adelia.
Dalam hati Nathan berterima kasih pada mereka karena tidak perlu bersusah payah mengenalkan diri pada Natalia. Ia jadi merasa tidak enak pada Arka karena sudah berpikiran jelek sebelumnya.
"Hai, Natalia. Aku ayahmu. Maaf, baru muncul sekarang. I really want to know more about you," ucap Nathan.
"Me too," balas Natalia sambil tersenyum.
Adelia tersenyum melihat mereka berdua. Hatinya sangat lega pertemuan ini berjalan lancar dan berakhir baik. Yah, kecuali pertemuan Arka dan Nathan. Ia jadi kesal mengingat perlakuan Nathan pada suaminya. Menyebalkan sekali dia, pikir Adelia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?