Sejak pertemuan itu, atas izin Adelia dan Arka, Nathan jadi rutin menemui anaknya. Mereka berdua akrab dengan cepat.
Natalia juga anak yang pintar, pikirannya jauh lebih dewasa daripada umurnya. Natalia menyebut Nathan as a 'fun and hot daddy.'
Setiap menemui anak, Nathan disambut Adelia dengan ramah, dan jujur saja hati Nathan masih berdebar-debar. Namun dia berusaha menutup hatinya, karena ia melihat Adelia dan Arka sudah bahagia, bersama dengan putri kecil mereka. Bahkan Nathan berbesar hati meminta maaf pada Arka atas ucapannya yang menyinggung saat pertemuan pertama mereka.
°°°
Suatu malam.
Nathan mengantar Natalia ke rumahnya, setelah mereka bermain bersama seharian. Disana ia disambut oleh Adelia.
"Hai," ucap Nathan.
"Mama, aku pulang!," ucap Natalia.
Adelia tersenyum, "hai, kakak ngapain saja hari ini? Having fun?"
Natalia mengangguk, "iya, aku diajak papa jalan-jalan ke mal. Papa bawa aku ke toko buku, aku dibeliin banyak. Lihat nih! Ada buat dede juga!"
"Wah, banyak banget! Nathan, you don't have to do this," ucap Adelia merasa tidak enak.
"I want to buy it for her. She likes book, like her parents," jawab Nathan tersenyum.
Adelia jadi teringat kenangan mereka berdua dulu jalan-jalan di toko buku. Begitu juga Nathan. Karena buku jugalah awal keakraban mereka. Adelia dan Nathan saling memandang dengan tatapan sendu.
"Ehem... btw, where is Arka?," tanya Nathan berusaha mengalihkan topik.
"He has a meeting, pulang malam katanya."
"Well... I'm going then..."
"Bye, my babygirl."
"Good night Adelia.""Wait, aku akan mengantarmu ke depan. Natalia ke kamar dulu gih, ganti baju ya. Sebentar mama nyusul," ucap Adelia.
"Oke, ma. Bye, papa!," ucap Natalia sambil memeluk Nathan.
Sepeninggal anaknya, Nathan berucap, "she is amazing, you raise her well, Adelia."
Adelia tersenyum dan berucap, "not just me, ini berkat Arka juga."
Nathan menarik rahangnya tanpa sadar mendengar nama Arka disebut dan dipuji oleh Adelia. Nathan memang berterima kasih pada Arka karena sudah menjadi ayah yang baik untuk Natalia, tapi dalam hatinya ia suka berpikir 'it should be me!'
Tanpa kata-kata lagi, Nathan beranjak keluar rumah, Adelia pun mengantarnya hingga mobil. Adelia melihat sekilas kekecewaan di wajah Nathan.
"Nathan, wait!"
Nathan menoleh ke Adelia dan menunggu apa yang ingin diucapkan wanita ini.
"Emm, aku sungguh senang kamu sudah sukses sekarang," ucap Adelia.
"Thanks," ucap Nathan singkat.
Adelia ragu-ragu, "...soal masa lalu kita.."
"Don't!," ucap Nathan. Terlalu perih mengungkit-ungkit masa lalu mereka.
"Nathan...," lirih Adelia. Ia iba melihat Nathan seperti terluka. Adelia merasa mereka harus saling terbuka dan menjelaskan.
Tepat pada saat itu, sinar lampu mobil menerangi mereka, Arka pulang.
"Seberapa banyak Arka tahu tentang masa lalu kita?," tanya Nathan.
"Dia tahu semuanya."
Nathan terkejut, 'begitu terbukanya Adelia dan Arka?' Belum sempat bertanya, Arka sudah keburu keluar mobil.
"Hei, Nathan," sapa Arka ramah, dia tidak begitu senang melihat Adelia berdua saja dengan Nathan, tapi ia berusaha berpikir positif.
"Hei, Arka. Aku habis mengantar Natalia," ucap Nathan basa-basi disisipi penjelasan singkat agar Arka tidak salah paham.
"Oh, begitu."
"Ya, aku pamit sekarang. Bye, Arka. Bye, Adelia!"
Sepeninggal Nathan, Arka dan Adelia saling memandang.
"Kamu tidak apa-apa?," tanya Arka bisa membaca kegelisahan di wajah Adelia.
"Iya, Arka. Aku tidak apa-apa," jawab Adelia tersenyum. Arka pun tersenyum, membelai rambut Adelia dan mereka berjalan bersama memasuki rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?