Adelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?
Adelia menyerah setelah nada dering ketujuh. Nathan tidak mengangkat panggilannya juga. 'Jadi begini rasanya diabaikan?,' pikir Adelia. 'Aku bisa mengerti perasaan Nathan sekarang.'
Seharian ini Adelia berusaha mencari Nathan di area sekitar penginapannya. Bertanya pada para staf di penginapan. Adelia cukup lega mengetahui Nathan menginap di tempat yang sama dengan dirinya.
Ternyata Nathan tiba semalam dan mengaku bahwa ia suami Adelia, katanya menyusul dan berencana memberikan kejutan pada istrinya. Hanya bermodalkan foto dan uang tips, Nathan berhasil memperdayai para staf. Itulah kenapa, Nathan bisa berada di kamarnya pagi ini.
Namun, menurut salah satu staf penginapan. Dia melihat Nathan pergi tadi pagi dan belum kembali juga. Adelia jadi cemas, apa Nathan baik-baik saja? Apa dia langsung pulang ke tanah air?
Selain menunggu dan mengirim pesan, tidak ada yang bisa Adelia lakukan. Hingga tak terasa hari sudah malam, ia mencoba menghubungi ponsel Nathan lagi, namun terdengar suara pintu datang dari kamar sebelah. Adelia langsung berdiri, apa itu Nathan? Ia sudah kembali!
Adelia buru-buru berdiri dan mengeceknya pelan-pelan. Syukurlah, di antara kamar mereka ada pintu terhubung. Adelia jadi tidak kesulitan.
Di kamar sebelah, Adelia memperhatikan Nathan yang duduk bersender di kursi. Wajahnya tampak tertekan dan kosong. Bahkan ia tidak menyadari kedatangan Adelia. Rasanya sakit melihat Nathan jadi seperti ini, pikir Adelia. 'I have to fix this.'
Adelia mendekati Nathan dan naik ke atas pangkuan pria itu. Ia mengarahkan dagu Nathan untuk melihat ke arah matanya. Adelia bisa melihat tatapan mata Nathan yang terluka, membuat hatinya sakit.
Kini mereka saling berpandangan, Nathan menuntun tangan Adelia ke dadanya. "Apa kamu tahu... disini, Adelia? Rasanya sakit," ucap Nathan pelan.
Adelia tidak tahan lagi, pelan-pelan ia mencium Nathan di bibir. Ciuman yang lembut dan halus. Awalnya Nathan tidak membalas, namun lama-lama dirinya pun terbuai. Nathan mulai ikut memainkan bibir dan lidahnya. Bahkan tangan Nathan mulai bergerilya di tubuh Adelia.
"You wanna play?," bisik Nathan.
Adelia merangkul leher Nathan dan berbisik, "I want to play..."
"What game now?"
"...your game," bisik Adelia. Ia kembali mencium bibir Nathan.
Nathan mulai dominan, ia menggendong Adelia ke arah kasur dan menindihnya. Ciuman mereka semakin dalam dan panas hingga terdengar suara mengecap.
Tanpa sadar, pakaian atas yang dikenakan Adelia sudah terbuka. Hanya menyisakan bra. Dikecupnya leher dan dada Adelia dengan gerakan lembut kali ini.
Nathan langsung membuka kaitan bra Adelia dan mengangkatnya ke atas. Kini tangan Nathan leluasa meremas-remas dan memainkan kedua payudara Adelia yang terbuka.
"Ng... oh, oh," desah Adelia ketika Nathan meraba-raba kedua puting Adelia dengan jari-jari. Kemudian diemutnya dengan mulut Nathan.
"Really? I'm sorry...," ucap Nathan merasa bersalah. Sekarang ia jadi bertanya-tanya apa ia harus melanjutkan ini? Nathan mengamati wajah Adelia di bawahnya.
"What's wrong?," tanya Adelia.
"You sure wanna do this?"
Sebenarnya Adelia masih merasakan perih dan ngilu di bagian bawahnya, tapi ia ingin melakukan ini demi menghibur Nathan dan mencairkan hubungan mereka berdua. Adelia pun mengangguk, "lanjutkan."
Mereka kembali berciuman panas, saling menggebu. Kemeja Nathan juga sudah terlepas. Kini payudara Adelia bergesekan dengan dada telanjang Nathan. Semakin menambah gairah masing-masing.
"Oh, Adelia..," desah Nathan ketika tangan Adelia mengelus-elus penis Nathan yang sudah berdiri di balik celananya.
Tidak tahan, Nathan mulai membuka celananya sendiri. Hingga kini ia bertubuh polos tanpa apapun. Adelia memandang kagum pada tubuh Nathan yang sixpack dan penisnya yang besar berdiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.