Adelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?
Om Fadly, tante Silla, om Edgar, tante Luna, Devano dan Tiffany ikut semangat mendengar kabar Adelia dan Nathan akan menikah walaupun tanpa resepsi, Adelia hanya berusaha menghargai perasaan anak-anaknya. Untunglah yang lain mengerti.
Pernikahan akan dilangsukan tiga bulan lagi. Adelia dan Nathan menjadi sangat sibuk mengurusi ini itu.
Di lubuk hati terdalam, sebenarnya Adelia masih ragu-ragu. Tapi ia tidak tega melihat Nathan yang antusias. Hingga ia berusaha mengikuti rencana yang sudah berjalan.
"Adelia, di hari akad nanti. Paginya kita akan bertemu lagi dengan para asosiasi perusahaan Arka untuk tanda tangan dokumen. Mereka sudah setuju pada penawaran kita. Setelah meeting, kita baru menuju tempat akad. Is it okay?", tanya Nathan suatu hari.
"Oke, tidak masalah."
°°°
POV Adelia.
Seminggu lagi aku akan menikah. Jujur aku belum siap. Entah kenapa, aku juga tidak mengerti. Aku ingin mengutarakannya pada Nathan, tapi setiap bertemu dan melihat wajah Nathan aku jadi urung. Akhirnya aku memendam perasaanku sendiri lagi.
"Arka, bagaimana ini? What should I do?", ungkap Adelia pada foto-foto Arka yang dikeluarkan dari dalam laci.
°°°
Hari pernikahan.
Di perusahaan Arka, Nathan, Radit dan para asosiasi perusahaan sedang menunggu kedatangan Adelia.
"Dimana ibu Adelia? Sudah hampir satu jam ini?", tanya orang-orang disana.
Nathan pun melihat ke arah arlojinya. Memang benar, sudah 45 menit berlalu dari waktu yang dijanjikan. Bahkan, Adelia tidak ada kabar. Panggilan ponsel dan pesan juga tidak bisa terhubung.
"Kumohon tunggu sebentar lagi," ucap Nathan pada mereka. Nathan pun berusaha mengulur waktu sambil mengajak mereka bicara, juga sesekali mengecek ponselnya menunggu kabar Adelia.
Setelah 1 jam berlalu, salah satu petinggi berkata, "maaf, saya tidak bisa menunggu lagi karena ada keperluan lain. Urusan ini dijadwalkan ulang saja, pak Nathan." Yang lainnya pun ikut mengangguk setuju.
Radit hanya memandang iba pada Nathan, ia tahu betul betapa susahnya menjadwalkan rapat ini. Padahal tinggal selangkah lagi, maka perusahaan akan berpindah tangan. Tapi karena keabsenan ibu Adelia jadi gagal.
Nathan hanya bisa menerima hal ini dengan lapang dada, ia berusaha menghargai waktu orang-orang yang sudah menunggu. Setidaknya mereka ingin jadwal ulang, bukannya membatalkan.
Setelah semua orang pergi, Radit kembali ke ruangan untuk menemani Nathan yang kelihatan sibuk dengan ponselnya.
"Apa yang terjadi, pak? Kemana ibu Adelia? Hari ini bukankah seharusnya kalian menikah?," tanya Radit.
Nathan tidak menjawab pertanyaan Radit, karena ia sedang fokus menghubungi orang-orang untuk mencari Adelia. Namun, baik om Fadly, tante Silla, om Edgar, tante Luna, Devano dan Tiffany tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Adelia. Mereka mulai bertanya-tanya ada apa. Karena yang mereka tahu Nathan dan Adelia akan ke tempat akad bersama.
"Tidak ada masalah apapun, sampai bertemu nanti," ucap Nathan pada mereka. Ia pun langsung berpamitan dengan Radit dan bergegas ke tempat akad. Nathan berusaha berpikir positif jika Adelia akan menemuinya disana.
Di tempat akad, semua orang sudah menunggu. Kecuali Natalia dan Carolla yang dititipkan pada pengasuhnya di rumah, karena memang dua anak itu dirahasiakan soal pernikahan ini.
"Nathan, kau tiba akhirnya! Dimana Adelia?," tanya om Fadly.
Pertanyaan ayahnya membuat Nathan panik, berarti Adelia tidak ada disini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.