"Nathan, what's up? Where is Adelia?," tanya Devano.
Nathan tidak menjawab pertanyaan ayah dan kakaknya, ia langsung mendatangi om Edgar dan tante Luna.
"Om, tante. Kalian lihat Adelia?", tanya Nathan.
"Tidak, bukannya dia bersamamu?," jawab tante Luna. Nathan menggeleng.
Om Edgar dan tante Luna saling berpandangan, mereka bisa melihat kegelisahan dari raut wajah Nathan dan mulai merasa ada yang tidak beres.
"Apa dia tidak mengatakan apa-apa saat pergi tadi pagi?," tanya Nathan.
"Tidak, nak. Kami bahkan belum ada yang bangun ketika pagi sekali tadi ia pergi," jawab om Edgar.
Sekarang keluarganya ikut mengerubungi Nathan. Mereka mulai mencium ada sesuatu yang salah. Orang-orang disana pun mulai berbisik-bisik.
"Nathan. Ada apa sebenarnya?," tanya tante Silla.
Mendengar pertanyaan ibunya, membuat pertahanan Nathan runtuh, ia mulai bisa membaca keadaan dan memikirkan kemungkinan terburuk.
Nathan duduk lesu, memejamkan mata dan memegang pelipisnya sambil berkata, "kurasa Adelia pergi, tidak ada yang melihatnya sejak tadi pagi. Bahkan ia tidak datang ke kantor. Aku belum melihat batang hidungnya sama sekali hari ini. Ponselnya juga tidak aktif."
Penjelasan Nathan itu membuat orang-orang kaget luar biasa. Mereka pun berusaha menghibur Nathan dan membantu mencari Adelia.
Namun, hingga satu persatu tamu yang hadir pulang dan ruangan mulai terlihat kosong. Adelia belum datang juga. Mereka semua memandang iba pada Nathan.
Om Edgar dan tante Luna sangat merasa bersalah pada Nathan dan keluarganya. Mereka berdua meminta maaf berkali-kali atas nama Adelia. Om Fadly dan tante Silla menerima permintaan maaf mereka dengan ikhlas.
Nathan sejak tadi lebih banyak diam. Tatapan matanya kosong dan seolah-olah tidak percaya ini terjadi. Ia sedang memikirkan apa kesalahannya? Hubungannya dengan Adelia terlihat bahagia.
'Lalu kenapa ia pergi? Apa Adelia baik-baik saja? Apa dia dalam bahaya?' Segala kemungkinan berkecamuk di kepala Nathan.
"Hmm... nak, sabar dan tabahlah," ucap tante Luna. Ia pun tidak tega melihat calon menantunya sendirian dan memeluk Nathan untuk menghibur.
"Kami pulang dulu, Natalia dan Carolla sudah menunggu kami di rumah," ucap om Edgar menambahkan.
Kalimat om Edgar tiba-tiba menyadarkan Nathan, 'Natalia dan Carolla! Mereka pasti tahu kemana ibunya!', pikir Nathan sambil bangkit berdiri. "Aku ikut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?