Kriiing!!! Bel sekolah berbunyi tanda pelajaran usai.
"Yoo, weekeeeend!!!," ucap Irvin
"Finally, bro. Kita mau ngapain ya?," tanya Revan.
"Ajak jalan cewek-cewek cantik, donk! Setuju enggak, bro?," tanya Irvin sembari menyenggol Nathan.
Nathan menjawab, "gue udah punya rencana."
"Rencana apa?," tanya Irvin penasaran.
Nathan menunjukkan dua tiket nonton konser musik grup band. Irvin dan Revan pun heboh.
"Wow, cool! Tapi, kok cuma dua?"
Nathan tersenyum. Irvin jadi semakin ingin tahu.
"Sial, lu mau ngajak jalan cewek ya? Siapa, siapa?"
"Jangan-jangan Gwen? Dia naksir berat sama lu kayaknya, dibikinin bekal melulu," tanya Revan yang ikut-ikutan penasaran.
"Nope, bukan dia," jawab Nathan.
"So, siapa donk? Kathy, Felycia, Ella, Lucy, Celine, Megan?," Irvin menyebut nama-nama cewek manis dan imut di sekolah.
"Mereka bukan tipe gue semua," jawab Nathan.
Irvin dan Revan saling berpandangan tanda bingung.
"Gila lu, bro! Kalau bukan mereka, then who?," tanya Irvin tak terima.
"Lu bukan gay kan?," tanya Revan bercanda setengah serius.
Nathan malah memicing dan memutar bola matanya ke Revan.
"Ya enggaklah!," jawab Nathan kesal.
Nathan berjalan duluan dan berhenti, sehingga Irvin dan Revan ikut berhenti.
"Tipe gue yang itu," jawab Nathan.
Irvin dan Revan melihat ke arah yang dilihat Nathan dengan penuh kekaguman.
Sosok wanita cantik dengan kemeja putih dan rok pendek berjalan di tengah lorong di antara murid-murid. Semua murid menyapanya dengan hormat. Semua anak cowok memandang kagum dan anak cewek yang iri.
Dia adalah Miss Adelia, guru bahasa Inggris yang baru mengajar selama enam bulan, sekaligus pengganti wali kelasnya yang sedang cuti hamil.
Dibandingkan dengan murid-murid cewek di sekolah. Miss Adelia yang sudah lulus kuliah terlihat sangat cantik dan dewasa. Pertama kali melihat Miss Adelia, Nathan langsung melupakan semua keberadaan cewek-cewek manis di sekolah.
Ketika Adelia melihat Nathan, ia pun langsung menegur dengan tegas, "Nathan, lepas antingmu! Kau seperti perempuan saja!"
Nathan menyeringai sambil melepas antingnya dan memberikan ke telapak tangan Miss Adelia. Ia memang sengaja nakal untuk menarik perhatian Miss Adelia.
"Miss, mau jalan bareng minggu ini?," tanya Nathan tanpa basa-basi.
Miss Adelia terkesima dan tampak tidak suka, "Nathan, enggak boleh ya ngajak-ngajak guru ngedate! Tidak sopan!"
Nathan malah tertawa, "enggak ada yang bilang ini ajakan ngedate, kok, Miss. Cuma jalan-jalan biasa."
Adelia yang terbiasa digombali Nathan hanya memutar bola matanya.
"Yah, sayang banget. Padahal aku punya tiket konser musik grup band ini," ucap Nathan.
Adelia yang melihatnya terkesiap. Itu adalah band yang memang ia sukai. Nathan memang sudah menyelidiki segala kesukaan Miss Adelia.
Raut wajah Adelia yang mupeng terlihat oleh Nathan yang sedang tersenyum menggoda. Sadar sedang diperhatikan, Adelia buru-buru mengendalikan diri.
"Tetap tidak boleh! Kalau masih ngotot juga, aku terpaksa menghukummu!," tegas Miss Adelia. Ia terlihat tidak suka karena Nathan selalu menggodanya sejak pertama kali ia mulai mengajar di sekolah ini. Sejauh ini hanya berupa godaan-godaan lisan, sehingga Adelia menanggapinya dengan bercanda dan mengabaikannya.
Tapi ajakan kencan ini sudah melewati batas. Ia harus memberi Nathan pelajaran.
"Seminggu sekali kamu harus tetap tinggal di kelas tiap pulang sekolah untuk menyalin 100 kalimat, dimulai hari ini!," tegas Miss Adelia.
Nathan tertawa dalam hati atas hukuman yang diberikan Miss Adelia. Seperti hukuman untuk anak kecil saja.
"Ikuti saya!," ucap Miss Adelia. Nathan pun mengikuti Miss Adelia ke kelas sambil tersenyum bahagia, meninggalkan Irvin dan Revan yang terbengong-bengong menyaksikan kejadian barusan.
"Wah, gila tuh anak! Berani banget ngajak Miss Adelia ngedate!," ujar Irvin.
"Tapi bikin iri, bro. Dia jadi berduaan aja sama Miss Adelia. Gue juga mau," balas Revan yang ikut melangkah mau ke kelas juga, tapi keburu ditahan Irvin.
"Eh, eh, eh, mau kemana lu? Mending temanin gue main game. Let's go!", ucap Irvin sambil memeluk leher Revan berjalan pergi, tidak peduli nasib teman mereka yang dihukum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?