Keesokan harinya.
Pagi hari, Nathan sudah bersiap untuk pergi sekolah. Sebelum berangkat, ia mampir ke kamar Adelia untuk berpamitan. Namun sayangnya, Adelia masih tertidur.
Nathan tersenyum mengingat subuh tadi. Sebelum keluar dari kamarnya, Adelia memandangi wajah Nathan yang tertidur, membelai dan menciumnya. Tanpa Adelia sadari, bahwa Nathan sebenarnya juga terbangun.
"You must be tired, istirahatlah," bisik Nathan mengingat percintaan mereka semalam. Sebelum keluar kamar, Nathan tak lupa mencium bibir Adelia.
Begitu Nathan pergi, Adelia langsung membuka matanya. 'I'm sorry, Nathan. Aku tidak sanggup mengucapkan selamat tinggal denganmu,' lirih Adelia. Ia pun buru-buru mengintip dari jendela agar bisa melihat Nathan untuk terakhir kalinya.
Adelia meneteskan air mata melihat wajah Nathan yang menjauh pergi.
°°°
Di sekolah.
Perasaan Nathan tidak enak. Ia sendiri juga heran, padahal teman-teman dan guru-guru di sekolah menyambutnya dengan baik, tapi entah kenapa rasanya ada yang salah.
Pada jam istirahat, Nathan berusaha mengirim pesan pada Adelia, namun tidak terkirim. Nathan menunggu hingga siang, namun tidak ada tanda-tanda perubahan.
'Where are you, Adelia?,' lirih Nathan. Ia pun berusaha menghubungi ponsel kekasihnya, namun tidak tersambung. Perasaan Nathan semakin buruk.
Seusai sekolah, Nathan langsung mengebut pulang dengan motor.
Sesampai di rumah, Nathan langsung mencari Adelia, tapi kamarnya kosong. Tidak terlihat pula barang-barang pribadinya.
"Dia sudah pergi, Nathan," terdengar ibunya bicara. Nathan menoleh.
"Apa? Kemana, ma?"
"Dia meninggalkan pesan untukmu," ucap ibunya sambil memberi selembar kertas.
Nathan pun membaca kalimat demi kalimat di kertas itu dengan mata melebar.
Dear Nathan,
Maaf, aku pergi tanpa pamit.Thank you for all the good times that we have. Selama ini sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersamamu.
Nathan, please listen to your parents. Mereka membesarkanmu dan mengerti kamu lebih baik daripada aku. Our relationship never gonna work out. Sebaiknya kita putus saja.
Jangan hubungi aku lagi, jangan cari aku lagi. Just move on and pretend we never met.
Goodbye.
Nathan merasa sangat marah hingga gemetaran, 'what is this all about?!'
"Aku harus pergi,' ucap Nathan, namun ibunya mencegahnya.
"Nathan, sudahlah. Lepaskan dia. Adelia memang cantik dan baik, tapi latar belakangnya tidak jelas. Dia tidak cocok untukmu, biarkan dia pergi."
"Mau berapa kali bicara gitu, ma?," teriak Nathan. Ibunya agak sedikit terkejut, untuk pertama kali, anak kesayangannya membentaknya. Nathan tidak peduli melihat wajah terluka ibunya.
"Did you tell her to leave? Dia sudah kesulitan karena salah Nathan, tapi enggak sekalipun Adelia menyesal. Namun perlakuan kalian malah begitu padanya? Kalian sungguh egois!," bentak Nathan sambil memandang tajam pada ibunya sebelum pergi.
"Nathan, Nathan....", panggil ibunya sambil menangis.
"Dev... Devano!," teriak ibunya histeris memanggil putra sulungnya. Devano yang mendengar panggilan itu langsung mendatangi ibunya.
Begitu Devano datang, ibunya langsung menyuruhnya mengejar Nathan.
"Dev, mama mohon kejar Nathan. Dia mau menemui Adelia!"
Devano ingin bertanya ada apa ibunya sampai menangis, tapi mungkin sekarang bukan saat yang tepat, sebelum ia kehilangan jejak Nathan. Devano dengan cepat langsung menaiki mobil untuk mengejar adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?