Kemarahan Nathan

811 5 0
                                    

Malam harinya.

Adelia tidur di kamar ketika seseorang memanggil namanya. "Adelia... Adelia," bisik orang itu. Ia membuka matanya. Arka!

Adelia kaget bukan main dan langsung terduduk, "ka.. kamu?!" Tapi Arka malah tersenyum padanya.

"Ya.. ini aku, sayang. Aku masih hidup," ucap Arka. Adelia tidak percaya ini, tanpa bertanya apapun lagi ia pun langsung memeluk Arka dengan erat.

"Oh, Arka. Kumohon jangan pergi lagi, aku sangat merindukanmu," ucap Adelia terisak.

Arka memeluk Adelia dan membelai-belai punggungnya, "aku tidak akan pergi lagi, aku disini."

Mereka pun berciuman, Adelia tidak peduli, nanti saja baru bertanya. Ia ingin melepas rasa rindunya dulu.

Sekarang posisi Adelia dan Arka sama-sama telah telanjang. Arka mulai memasuki Adelia dan menghujamnya. Mulut Arka juga tidak tinggal diam, ia menciumi leher dan payudara Adelia.

"Ah, ah, ah...," desah Adelia merem melek, kemudian ia membuka mata dan betapa kagetnya sekarang yang berada di atasnya adalah Nathan, bukan Arka.

"Na..Nathan, what are you doing? Stop it! Ada Arka, aku sudah menikah!," teriak Adelia, namun Nathan tidak mengubrisnya dan terus menghujam.

"Nathan, stooop....!"

Adelia pun terbangun dari tidurnya dengan kaget. Ia langsung duduk dan mengamati sekeliling kamarnya. Sudah pagi, tadi itu... mimpi? 'Ternyata hanya mimpi', pikir Adelia.

Tanpa sadar air mata Adelia menetes. Sekarang dia jadi mengerti tentang perasaannya sendiri. Selama ini, ia belum bisa sepenuhnya move on karena merasa bersalah pada Arka. Karena di lubuk hatinya terdalam, Nathan masih cinta pertamanya. Adelia berusaha mengabaikan desiran aneh itu setiap kali bertemu Nathan. Dia baru sadar, kalau sampai sekarang pun ia masih mencintai Nathan dan juga Arka. Adelia mencintai dua pria sekaligus di saat bersamaan. Adelia hanya berusaha menghindar dan lari dari kenyataan selama ini.

'Oh, aku sungguh egois dan serakah. Maafkan aku, Arka. Maafkan aku, Nathan.'

"Sudah bangun?" Tiba-tiba terdengar suara berat pria.

Adelia berteriak kaget dan lebih terkejut lagi ketika melihat siapa yang datang. "Na...Nathan?"

"Bagaimana kamu masuk?," tanya Adelia heran.

"Aku punya cara sendiri," jawab Nathan. Adelia terlihat gugup melihat raut wajah Nathan. Terlihat sekali amarah, matanya memandang tajam padanya hingga menghujam hati dan bibirnya menyeringai jahat padanya.

"Kok... tahu aku disini?," tanya Adelia hati-hati. Ia merasa Nathan sanggup membunuhnya sekarang.

Nathan mengabaikan pertanyaan Adelia dan mengeluarkan selembar kertas dari sakunya.

"Dear Nathan, maaf aku meninggalkanmu seperti ini...blablabla..," ucap Nathan membacakan ulang surat Adelia untuknya.

"Stop!," teriak Adelia. Entah kenapa sekarang kata-kata di suratnya jadi terdengar konyol.

Nathan menghentikan membaca surat itu dan meremasnya. "Kamu memanfaatkanku selama ini, hah?," tanya Nathan.

"Nathan...," panggil Adelia, ia mulai takut karena Nathan mendekatinya.

"Bagaimana rasanya meninggalkanku dua kali? Menyenangkan, mmm?" Sekarang Nathan sudah duduk di sisi kasur.

"Nathan, aku.. bisa jelaskan..."

Adelia ketakutan ketika selimut yang melilit tubuhya ditarik pelan oleh Nathan hingga dirinya ikut tertarik mendekat ke arah pria itu.

Sekarang mereka sudah saling berhadapan dan merasakan aroma tubuh masing-masing. Mata mereka saling memandang satu sama lain. Adelia bisa melihat betapa gelapnya mata Nathan, hingga ia merasa terintimidasi.

 Adelia bisa melihat betapa gelapnya mata Nathan, hingga ia merasa terintimidasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang