Ciuman

482 5 0
                                    

Di perusahaan Arka.

Adelia dan Nathan disambut oleh Radit. Sejak perusahaan berpindah tangan, hanya Raditlah yang bertahan. Ia turut prihatin pada Arka yang meninggal mendadak dan kondisi mental Adelia.

"Bu, selamat datang. Saya sangat senang melihat anda sekarang!," ucap Radit tulus.

"Terima kasih, Radit. Apa kabarmu?," ucap Adelia terharu melihat ada wajah yang masih dikenalnya di perusahaan Arka.

"Baik, bu," balas Radit. Ia menoleh pada pria di sebelah Adelia. "Ini?," tanyanya.

"Oh, perkenalkan. Ini pak Nathan, dia orang yang membantuku untuk proses pembelian perusahaan ini," ucap Adelia.

Nathan dan Radit pun bersalaman. Radit membawa mereka ke ruang meeting untuk bertemu dengan wakil dari asosiasi perusahaan. Nathan mengobrol dengan Radit sambil sesekali bertanya tentang kondisi dalam perusahaan. Adelia hanya menyimak.

Ketika sampai di ruang meeting, Nathan dan Adelia menyampaikan proposal pembelian yang telah disusun.

Pembicaraan berlangsung cukup alot. Bahkan petinggi perusahaan tersebut menawar harga yang cukup tinggi dari sebelumnya. Hal itu membuat Nathan emosi, ia pun berdebat cukup panjang dengan mereka hingga petinggi tersebut bersedia menurunkan harga sesuai dengan penawaran awal.

'Wow, hebat juga dia,' pikir Adelia yang lebih banyak diam dan mengamati saja. Ia jadi terpesona pada gaya negosiasi Nathan.

Walau demikian, pertemuan berakhir dan belum ada keputusan final. Mereka setuju untuk mempertimbangkan terlebih dahulu.

°°°

Di mobil.

"Sepertinya mereka menolak penawaran kita," ucap Adelia pesimis.

"Jangan menyerah dulu, nyonya direktur. Pertarungan baru babak pertama."

Adelia memutar bola matanya mendengar kalimat Nathan. Ia sendiri merasa lelah karena pertemuan tadi berlangsung cukup lama. Tanpa sadar dirinya menguap.

Ketika mobil sampai di apartemen, Nathan melirik Adelia yang jatuh tertidur. Ia mengamati wajah Adelia yang cantik.

Naluri laki-lakinya juga membuatnya memperhatikan bentuk tubuh Adelia. 'Shit! Not again,' pikir Nathan sambil mengalihkan pandangan dan pikirannya ke arah lain.

Nathan menunggu Adelia terbangun sendiri karena tidak tega membangunkannya. Nathan menunggu sambil memainkan ponsel. Namun satu jam telah berlalu dan Adelia tampak masih pulas.

'Apa aku harus membangunkannya?,' Nathan bertanya-tanya dalam hati sambil memandangi wajah damai Adelia yang tertidur. Ia jadi teringat kisah cintanya dengan wanita ini. Dulu ia sangat mencintai Adelia, sekarang pun sepertinya masih. Tapi ia sendiri ragu karena merasa Adelia masih sangat mencintai Arka.

Melihat Adelia masih tertidur nyenyak. Nathan berpikir, 'one kiss won't hurt, right?.' Ia maju dan mencium bibir Adelia. Sebenarnya hanya berniat kecupan ringan, namun Nathan terbawa suasana dan semakin memperdalam ciumannya. Ia mengecap bibir Adelia yang terasa manis. Matanya terpejam menikmati momen ini.

Adelia yang merasakan sesak mulai terbangun dan kaget mendapati seseorang mencium bibirnya. Reflek ia mendorong orang itu.

"Nathan?! What are you doing?!," teriak Adelia. Ada perasaan kaget dan bersalah dari pandangan Nathan.

"Adelia, aku..," ucapan Nathan terhenti, ia tidak bisa berkata apa-apa, sialan.

Adelia langsung turun dari mobil Nathan dan berlari menuju lift apartemen. Nathan mengejarnya.

"Adelia, wait!"

Namun Adelia tetap berlari, kini melewati tangga darurat. Ia ingin segera melarikan diri dari Nathan entah kenapa. Namun Nathan malah mengekorinya.

"Adelia, wait. Please listen to me!," panggil Nathan sambil mengejarnya.

Adelia jadi iba dan berpikir kejar-kejaran seperti ini sungguh kekanakan. Adelia berhenti lari mendadak dan memutar tubuhnya menghadap Nathan.

"Well... aren't you gonna say something to me?", tanya Adelia menunggu Nathan yang terpaku. Nathan merasa sangat bodoh sekarang.

"Okay... I'm so sorry. Aku salah, anggap saja... yang barusan tidak pernah terjadi. We... start over, please?," ucap Nathan.

'Tak pernah terjadi? Brengsek sekali!' Walau kesal, Adelia agak luluh ketika melihat wajah tampan Nathan yang merasa sangat bersalah. Akhirnya dengan lapang dada ia memutuskan untuk memaafkan pria ini. "Okay... I forgive you," kata Adelia pelan.

Wajah Nathan terlihat lega, "really?"

"Ya, sekarang pergilah. Aku ingin segera istirahat."

"Biar aku antar ke..."

"Tidak usah... kumohon," pinta Adelia. Kadang Nathan mengantarnya hingga pintu apartemen, memastikan Adelia aman.

Nathan sendiri mau tidak mau menuruti Adelia kali ini, sebelum membuat Adelia lebih marah dan kecewa lagi. Mereka pun saling berpamitan akhirnya.

 Mereka pun saling berpamitan akhirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang