Adelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?
"Bagaimana ini, Dev? I'm such an idiot!," ucap Nathan pada kakaknya.
Devano yang kaget karena tiba-tiba didatangi Nathan yang tampak kusut langsung berkata dengan tenang, "gue dengerin dulu."
Nathan terpaksa menceritakan apa yang terjadi karena pikirannya terasa kalut. Devano mendengarnya dengan seksama.
"Do you still love her, Nate?"
Nathan tidak menjawab, Devano menghela nafas. "Is there something holding you back?"
"Arka," jawab Nathan. "I just feel she's still love him."
Devano membelalakan matanya, "seriously, dude? Is that your reason?"
"Ya," jawab Nathan sambil menghela nafas.
"Yah, sori deh kalau gue ngomong kasar. Please Nate, Arka is death. Why you make it so complicated?"
Nathan baru sadar kalimat Devano ada benarnya. Arka sudah tidak ada, why am I jealous to the dead man? Akulah pria satu-satunya yang paling dekat dengan Adelia sekarang ini.
"Ya, kamu benar," ucap Nathan yang tersenyum. Semangatnya mulai kembali.
"Kejarlah dia, perjuangkan kembali jika kamu benar-benar mencintainya," ucap Devano.
"I will, thanks, Dev."
Devano hanya geleng-geleng melihat Nathan pergi. Heran dengan sikap adiknya, secinta itu pada Adelia sampai kadang membuat pikirannya bodoh.
Nathan sudah memutuskan untuk memulai dari awal dengan Adelia. Ia akan melakukan pendekatan layaknya orang pacaran. 'I'm gonna make you fall in love with me, Adelia.'
°°°
Sementara di apartemen.
Adelia yang masih syok jadi memikirkan ciuman itu. Jujur ia tidak menyangka Nathan akan berbuat begitu. Selama ini ia berusaha bersikap biasa saja di depan Nathan dan hanya menganggapnya sebagai masa lalu. Apakah Nathan masih mencintainya? Adelia jadi bertanya-tanya.
"Mama, mama, mama!," panggil Natalia. Adelia pun tersentak.
"Kenapa, kak?," tanya Adelia.
"Why are you daydreamin?," tanya Natalia.
"Oh, sorry. Mama lagi mikir sesuatu."
"Kenapa muka mama memerah?"
Adelia jadi malu, ia tidak tahu harus menjawab apa. Untunglah saat itu Natalia tidak lanjut bertanya.
"Ini... what's the meaning?," tanya Natalia bertanya soal pelajaran sekolahnya. Adelia bernafas lega dan segera fokus membantu Natalia mengerjakan tugas sekolah.
Di sela-sela Natalia belajar, Adelia pun bertanya, "kak, may I ask you something?"
"Ya?," tanya Natalia tanpa menoleh.
"Apa... papa Nathan pernah mengungkit-ungkit mama selama ini? What did he say?"
"Mmm... papa cuma bilang kalau mama lagi sakit, kita disuruh sabar nunggu mama," jawab Natalia. Adelia yang mendengarnya jadi terharu.
"Sudah? Begitu saja? Nothing else?," tanya Adelia.
"Mmm...yah, sepertinya," jawab Natalia.
Adelia pun memikirkan sesuatu dan bertanya hati-hati, "so... selama ini, apa ada... wanita yang dekat dengan papa?"
Natalia pun menoleh pada ibunya dan menjawab, "ada! Di sekolahku dan sekolah dede, banyak wanita yang suka cari perhatian ke papa seperti mengajak ngobrol, ada yang lirik-lirik, ada yang suka kedip-kedip, ada yang suka kasih makanan. Banyak deh!"
'Wow,' Adelia tidak menyangkanya. Setelah diberitahu Natalia, Adelia baru menyadari kenapa beberapa wanita memandang sinis padanya di sekolah dan banyak yang menanyakan mengapa bukan Nathan yang menjemput.
"Terus... reaksi papa gimana?," tanya Adelia penasaran.
"He just said that they are just try being nice," jawab Natalia.
Setelah dipikir-pikir, memang Nathan termasuk salah satu ayah rupawan di sekolah. Dibandingkan dengan ayah-ayah lainnya, Nathan terlihat jauh lebih muda. Ditambah postur tubuhnya yang gagah. Tidak heran banyak wanita di sekolah yang menyukainya.
Entah kenapa, Adelia merasa lega mendengar info dari anaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.